4. Karakter berkebhinnekaan global
Karakter berkebhinnekaan global adalah karakter yang memahami bahwa kita tidaklah sama, setiap orang itu berbeda. Selain berbeda, anak bisa memahami bahwa dirinya adalah bagian dari dunia global yang terhubung satu sama lain.
Sejak dini anak diberitahu bahwa setiap orang itu berbeda. Ada laki-laki dan ada perempuan. Laki-laki juga berbeda, ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang besar dan ada yang kecil. Warna kulitnya pun berbeda ada yang hitam, ada yang cokelat, ada yang putih.
Ada suku Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Ambon, Bali, Papua, Arab dll. Berikan pemahaman atas keberagaman tersebut. Walaupun demikian, perbedaan tersebut bukan berarti berbeda. Perbedaan itu adalah sunatullah atau kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
Baca Juga:Pagi Ini Jam 09.00 Anggota DPR RI, Abdul Fikri Faqih Jadi Pembicara Workshop Pendidikan KarakterPerbup Izin Tower Masih Belum Jelas, Padahal Berpotensi PAD Hingga 3 Miliar
Secara manusia, setiap orang yang berbeda itu adalah saudara. Awalnya dari Nabi Adam sampai sekarang berkembang biak.
Intinya dengan karakter berkebhinnekaan global ini, setiap kita ini berbeda, tapi tetap harus saling menghargai. Lihat persamaannya, jangan lihat perbedaannya.
5. Karakter bernalar kritis
Karakter ini mengajari anak agar menerima informasi tidak mentah-mentah begitu saja dipercaya. Kalau ada yang memberitahu satu hal, tanyakan dari mana informasinya, siapa yang membawa informasinya dan apa maksud informasi tersebut diberi tahu.
Tidak mudah percaya itu bukan hal jelek. Kritis itu bukan berarti curiga, tapi lebih kepada hati-hati. Apalagi ketika bertemu dengan oang baru yang memberi sesuatu, maka anak harus diajari kritis, barang itu dari siapa, apa tujuannya.
Dengan memberikan bekal kritis maka anak akan dapat bertanggung jawab atas pilihannya. Kalau dalam hati anak tidak setuju katakan tidak setuju, kalau dalam hati anak setuju katakan setuju.
Keputusan untuk melakukan dan tidak melakukan itu ada pada anak dengan catatan ada alasan tertentu mengapa melakukan itu atau mengapa tidak melakuka hal itu.
Orang tua bisa mengajari dengan contoh sehari-hari. Ketika orang tua berolahraga, tanya kepada anak, menurutmu apa manfaat olahraga? Dari sana anak akan menjawab. Silakan anak menjawab apapun, nanti orang tua menjelaskan apa alasan di balik olahraga tersebut.