Sedang NU tetap menjadi partai tersendiri. Demikian juga Syarikat Islam dan Perti. NU kemudian terbukti menjadi partai Islam terbesar di Pemilu pertama 1971. Setelah 16 tahun tidak ada Pemilu.
Pemenangnya sendiri, Anda sudah tahu: Golkar. Menang mutlak. Guyonnya saat itu: penghitungan suara sudah selesai sebelum pencoblosan.
Menurut para ideolog Golkar, Golkar memang harus menang. Dengan segala cara. Lewat cara apa pun. Agar Indonesia bisa meninggalkan pertentangan-pertentangan politik. Agar Indonesia bisa membangun ekonomi.
Baca Juga:Giliran Kemenag Desak Pemberantasan Prostitusi di BatangInnalillahi, Satu Jemaah Haji Asal Demak Meninggal di Madinah
NU, karena dianggap partai tengah, tidak jadi sasaran operasi ”cara apa pun” itu. Hanya bagian-bagian kecil yang kena sasaran. Intinya: NU boleh tetap hidup tapi tidak boleh mengalahkan Golkar.
Di lain pihak, sebagian tokoh Masyumi sendiri tidak mau partai itu dihidupkan lagi. Untuk apa. Tujuan Masyumi sudah tercapai: PKI sudah dibubarkan oleh Soeharto. “Partai itu, kalau tujuannya sudah tercapai, ya sudah. Bubar saja,” ujar Panji Gumilang mengutip ucapan ayahnya.
Ayah Panji Gumilang memang termasuk di kelompok yang tidak setuju Masyumi dihidupkan lagi. Orang Masyumi justru harus mendukung pemerintahan Soeharto. Soehartolah yang ternyata berhasil membubarkan PKI. Bukan Masyumi.
Maka Panji sangat dekat dengan Orde Baru. Ikut menyukseskan misi membawa Indonesia ke tengah.
Maka, Panji, yang sebenarnya datang dari kelompok anti-PKI, kemudian digebuki oleh kelompoknya sendiri. Apalagi sebagian kelompok itu ada yang terpancing masuk jaringan Komando Jihad/NII. Ini semacam ”perang” di internal sesama kelompok lama anti PKI.
Dan Panji terus bergeser ke tengah. Ia di kanan tapi menjauhi bandul kanan. Kadang bandulnya terlalu jauh dari kanan. Melukai yang kanan.
Tokoh seperti Natsir sendiri lantas lebih aktif di gerakan dakwah. Ia sangat berwibawa di organisasi internasional seperti Rabithah Alam Islami. Panji direkrut organisasi ini. Menjadi perwakilannya di Sabah selama 10 tahun.
Baca Juga:Harga Telur Melonjak, Ternyata ini Biang KeroknyaTak Bisa Atasi Prostitusi, Dewan Pertanyakan Kewibawaan Pemerintah Daerah
Maka ia pun pantas dituduh Wahabi. “Saya ini wahabi yang sering ke makam,” guraunya.
Yang menuduh begitu memang punya amunisinya. Bagi Panji itu tidak masalah. Ia mengatakan hidup itu perlu bukti. Mana yang lebih NKRI: dirinya atau yang menuduh itu.