Doa Mathur

Doa Mathur
0 Komentar

Mathur pernah dipanggil ketua fraksi gabungan. Dari PKS. “Saya diminta tidak terlalu keras. Teman fraksi lain minta tolong ketua fraksi saya agar saya tidak kenceng-kenceng,” katanya.

“Apakah jalan saya sudah bengkok?” tanya Mathur ke ketua fraksinya.

“Anda masih lurus. Tadi itu hanya permintaan fraksi lain,” kata Mathur menirukan jawaban ketuanya.

Mathur memang membuat komitmen dengan anggota fraksi gabungan: tidak mau jalan bengkok. “Kalau di antara kita ada yang bengkok kita saling ingatkan,” tambahnya.

Baca Juga:Waduh Bagaimana Ini, Jemaah Haji Sampai Kelaparan Karena Maskapai iniZaytun Deposito

Selasa lalu saya undang Mathur ke rumah. Makan siang. Makannya sedikit sekali. Padahal semua masakan istri saya enak sekali: buntil talas, kepala kambing, kare ayam, dan lodeh tempe.

Ternyata daya tampung perutnya memang sedikit. Ususnya 135 cm lebih pendek dari usus saya.

Usus Mathur pernah harus dipotong untuk menyelamatkan jiwanya. Ia ditembak dari jarak dekat. Kena bagian pinggang. Tembus ke dalam. Peluru bersarang di perutnya.

Malam itu, Januari 2015, Mathur baru pulang dari Surabaya. Tidak ada yang membuntutinya. Menjelang sampai di rumahnya di Bangkalan, pukul 02.00, ia melihat ada orang bersepeda motor. Berboncengan. Pakai jaket. Tanpa masker penutup muka. Tapi ia mengira itu orang lewat saja.

Marhur pun menghentikan mobil di depan pintu pagar. Mobil Avanza. Ia turun dari mobil. Siap-siap membuka gembok pintu pagar. Dor! Dari jarak sekitar 2 meter.

Si penembak lari menuju sepeda motor. Mathur mengejarnya. Duel. Mathur terjatuh. Darah terlalu banyak keluar. Ia berteriak: maling!

Keluarganya membawa Mathur ke RS Bangkalan. Untuk difoto seberapa parah dalam perutnya. Lalu dibawa ke RSUD dr Soetomo Surabaya. Ia tidak ingat apa lagi yang terjadi. Mathur koma selama 9 hari.

Baca Juga:Giliran Kemenag Desak Pemberantasan Prostitusi di BatangInnalillahi, Satu Jemaah Haji Asal Demak Meninggal di Madinah

Yang ia ingat: setengah bulan sebelumnya, KH Fuad Amin, ketua DPRD Bangkalan ditangkap KPK. Ia divonis terbukti korupsi APBD hampir Rp 500 miliar.

Fuad ”turun” menjadi Ketua DPRD karena sudah dua kali menjabat bupati. Pada dasarnya ia masih tetap bupati. Anaknya, yang terpilih sebagai bupati berikutnya, hanyalah penggantinya. (Dahlan Iskan)

0 Komentar