Radarpekalongan.id – Bagaimana pentingnya peran keluarga dan pola asuh untuk menghadapi tindak kekerasan tawuran remaja? Anak-anak adalah kepribadian yang kompleks, terutama ketika mereka menjadi remaja. Pada tahap ini, mereka mencari identitas dan validasi dari teman dan orang-orang di sekitarnya.Jika mereka tidak dibekali dengan tuntunan yang benar dari orang tua dan orang-orang disekitarnya pada tahap ini, bisa sangat fatal bagi masa depannya bahkan bagi orang-orang disekitarnya.
Banyak contoh kenakalan remaja yang kemudian berubah menjadi tindak pidana akibat perbuatan orang tua yang terlalu banyak menelantarkan atau memanjakan anaknya.
Tawuran merupakan kejahatan remaja yang sudah menyebar dikalangan remaja secara turun temurun. Fenomena tawuran terus berlanjut hingga saat ini, meski memakan banyak korban.
Baca Juga:Cegah Anak Terlibat Tindak Kekerasan, Begini Caranya!Bagaimana Cara Menjelaskan Pornografi Kepada Anak Sekolah Dasar?
Faktor penyebab anak terlibat tawuran
Anak-anak memiliki beberapa alasan terlibat tawuran. Untuk dapat memahami mengapa fenomena ini masih sering terjadi berikut beberapa faktor pemicunya:
- Faktor orang tua
Menjadi orang tua adalah salah satu faktor yang mendorong anak untuk melawan. Lemahnya pengawasan dan pilihan orang tua yang memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan apapun cenderung membuat perilaku anak menjadi sewenang-wenang.
Jika anak masih diberi kebebasan untuk melakukan apa saja tanpa pengawasan orang tua, maka anak akan mengalami trial and error secara acak tanpa panutan dan aturan yang harus diketahui. Hal ini dapat membentuk mereka menjadi individu yang tidak memahami aturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
- Pengaruh teman sebaya
Persahabatan sangat penting dan berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan keputusan yang diambil oleh anak. Jadi, jika ada budaya negatif di lingkungan pertemanan anak, seperti tawuran dan gangster, maka besar kemungkinan mereka akan terpengaruh.
- Ketidakstabilan emosional
Ketidakstabilan emosi pada anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam rumah tangga yang tidak harmonis, konflik keluarga dapat menimbulkan perasaan tidak aman pada anak dan mendorong terjadinya agresi.
Ketidakstabilan emosi seperti itu menyebabkan anak-anak pada akhirnya mengembangkan mekanisme koping mereka sendiri. Anak-anak dengan mekanisme koping eksternal dapat menyalurkannya ke dalam hal-hal seperti perkelahian.