Sebelum terlaksananya pengantin giling, biasanya terdapat pesta rakyat yang digelar didekat pabrik gula, dan hal tersebut merupakan pertanda akan adanya pesta giling di kecamatan Sragi. Kemudian, pada saat puncak acara, terdapat kirab atau karnaval yang dilanjutkan dengan menikahkan kedua mempelai pengantin tersebut hingga prosesi penggilingan. Pada malam harinya pun semakin meriah, karena ada berbagai hiburan seperti, wayang, bazar, dan terdapat bermacam-macam permainan dari kalangan anak-anak hingga dewasa.
Adapun upaya untuk melestarikan tradisi pengantin giling di kecamatan Sragi yaitu, pertama, melaksanakan tradisi tersebut secara rutin yakni satu tahun sekali menjelang musim panen tebu. Kedua, menjadikan tradisi ini sebagai ajang wisata sekaligus menambah wawasan sehingga menarik minat masyarakat umum untuk menyaksikan tradisi tersebut. Oleh karena itu, sebagai kearifan lokal tradisi pengantin giling ini harus dilestarikan, karena memiliki nilai-nilai sosial dan filosofi yang patut dipertahankan.
Penulis adalah Mahasiswa UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan Jurusan Pendidikan Agama Islam