Soal plafon utang itu selalu dijadikan tawar-menawar politik. Terutama ketika mayoritas Kongres dikuasai partai oposisi. Seperti sekarang ini. Atau di zaman Presiden Barack Obama. Presidennya Demokrat, DPR-nya Republik.
DPR-nya mengunci pemerintah. Agar sulit bergerak.
Sudah sering terjadi: pemerintah dan DPR beda partai. Rakyat Amerika senang seperti itu. Agar saling ada kontrol.
Sudah lama pula utang harus selalu dinaikkan agar bisa membayar utang lama. Tapi Anda masih ingat: DPR mulai mengunci pemerintah seperti itu belum lama. Baru terjadi, kali pertama, ketika Anda sudah besar: di zaman Obama.
Baca Juga:Periode TeflonOwh, Sampai di Magelang Bhikkhu Thudong Akan Mengikuti Acara ini, Simak Rangkaiannya
Republik memang tidak suka Demokrat. Lebih tidak suka lagi ketika demokratnya kulit hitam. Padahal ibu Obama adalah kulit putih asli Kansas. Kristen. Dan cara berpikir Obama, dan bicaranya, sudah seperti kulit putih.
Obama diganjal habis. Terutama karena Obama menemukan cara untuk mengatasi kesehatan kelompok miskin. Lewat program yang Anda sudah hafal namanya: Obama Care.
Apakah kini Biden juga akan dipermalukan melebihi Obama? Masih ada waktu tiga hari untuk negosiasi antara Presiden dan DPR.
Ups… Masih 8 hari. Tanggal 1 Juni nanti ternyata masih ada ”sedikit” uang di pemerintah. Masih USD 39 miliar. Masih cukup untuk bayar gaji dan kewajiban lain. Uang itu baru akan habis tanggal 5 Juni.
Awal Mei lalu uang itu masih USD 316 miliar. Minggu lalu tinggal 60 miliar.
Tapi, menurut Menteri Keuangan Janet Yellen, tanggal 1 dan 2 Juni nanti perlu mengeluarkan uang 130 miliar dolar. Hanya saja ternyata masih ada dana lain yang busa digunakan sebesar USD 67 miliar. Nah, tanggal 5 Juni kas menteri keuangan benar-bwnar habis.
Tapi rakyat Amerika tidak ada yang peduli. Rakyat Amerika begitu percaya diri. Menurut mereka semua itu hanya urusan para politisi. Rakyat biasa biasa-biasa saja.(Dahlan Iskan)