Radarpekalongan.id – Dari sebuah gerobak tangan, pemilik warung bakso khas Wonogiri bakso Titoti ini berhasil memulai usahanya dan memiliki banyak cabang. Bakso ini juga sudah melegenda sejak tahun 1990. Wonogiri terkenal dengan baksonya.
Banyak warung bakso di Jakarta yang menawarkan bakso ala Wonogiri ini. Bakso Titoti memang melegenda. Kirun, karyawan sekaligus manager Bakso Titoti cabang Pasar Minggu, menuturkan kepada Detikcom bahwa pemilik Bakso Titoti Slamet adalah Riyanto yang memulai usaha bakso pada tahun 1990-an.
Bagaimana sejarah hadirnya bakso Titoti?
Awalnya, sang pemilik hanya menggunakan gerobak untuk melintasi desa. Setelah beberapa saat, sang pemilik mulai menggunakan gerobak dorong. Setelah itu ia ingin mengembangkan usahanya lagi dan membuka di Kalibata depan kantor pajak untuk pertama kalinya.
Baca Juga:8 Tempat Makan Bakso Mercon Paling Enak di PekalonganHukum Kurban Idul Adha, Wajib atau Sunnah?
“Saya di sana selama setahun dan sekarang saya pindah ke pasar Minggu ini,” kata Kirun.
Di balik nama Titoti yang melegenda, ada cerita menarik tentang pemilik nama “Titoti” di toko bakso miliknya. Kirun mengatakan Slamet Riyanto mengambil nama Titoti dari marga ketiga anaknya.
“Bapak terinspirasi untuk menggunakan nama anaknya Titoti. Nama pertama Nuryanti jadi dipanggil Ti, anak kedua diangkat Hartanto, yang ketiga Susanti dipanggil Ti jadi digabung jadi Titoti,” kata Kirun.
Bakso Titoti terkenal dengan baksonya yang khas. Adonan bakso menjadi mengembang dengan kuahnya yang gurih. Tidak seperti bakso lainnya, grit ditambahkan ke bakso di sini.
Selain itu, Kirun juga mengatakan bahwa sejak diperkenalkan ke legenda masa kini, bakso titoti terus terasa enak di bakso dan kuahnya. Daging sapi yang dipilih untuk adonan bakso berasal dari punggung sapi dan disebut daging panasar dan daging dessert.
Bagian daging inilah yang memberikan rasa kenyal pada bakso. Bakso Titoti cabang Pasar Minggu kerap membagikan puluhan kilogram adonan bakso dalam sehari.
“Sehari bisa 30 kilo, Sabtu Minggu beda, ada bisa lebih. Awalnya hanya bakso halus dan bakso urat, kemudian berkembang menjadi bakso. Daging telur dicampur tahu dan kikil,” jelas Kirun.