Sang ibu “pengecut” dalam hal mendisiplinkan anak-anak. Pada akhirnya, kita menjadi orang tua yang toxic karena mengabaikan mereka.Penilaian pengasuhan toxic ini tergantung pada parameter atau rekomendasi. Namun akan lebih baik jika kita tidak menilai diri kita sendiri, tetapi dapatkan pendapat orang-orang di sekitar kita.
Efek dari pengasuhan toxic
Anak-anak yang menjadi korban praktik pengasuhan toxic akan menghadapi hambatan perkembangan.
Berikut dampak dari toxic parenting pada anak adalah:
1.Kurangnya empati
- Sulit memahami perasaan orang lain
- Kesulitan berperilaku tepat dalam situasi sosial
- Dia merasa sulit untuk menahan keinginannya sendiri
- Perilaku tidak dirancang sesuai dengan standar
Toxic parenting juga bisa berdampak jangka panjang lho Bunda. Seseorang yang mengalami pola asuh ini pada masa kanak-kanak akan tumbuh menjadi pribadi yang belum dewasa dan akan menghadapi hambatan emosional, kognitif, perilaku, atau fisik.
Baca Juga:5 Ciri Pola Asuh Toxic yang Bisa Menyebabkan Bahaya Jangka Panjang pada Anak9 Tanda Keluarga Toxic dan Bahayanya Bagi Kesehatan Mental Anak
Benarkah pengasuhan toxic terikat pada batin anak yang terluka? Pola asuh yang beracun sebenarnya bisa dikaitkan dengan inner child seseorang yang terluka saat kecil. Tapi itu tidak bisa dijelaskan begitu saja, Bunda.
Inner child sebenarnya hanyalah konsep buatan manusia dan ini adalah jawaban yang rumit. Inner child yang menjadi penyebab toxic parenting bukan disebabkan oleh satu kecelakaan saja, tapi oleh banyak faktor.
Anak-anak yang mengalami trauma masa kecil tidak serta merta menjadikan mereka orang tua yang toxic saat dewasa. Apalagi jika orang tua mengontrol dan tidak membiarkan perubahan perilaku yang bisa terjadi akibat trauma.
Peran orang tua sangat penting dalam menyikapi apa yang dialami anak saat masih kecil. Toh, toxic parenting karena inner child bisa muncul secara tidak sengaja saat anak beranjak dewasa.
Saat anak masih kecil, ia akan memetakan situasi atau peristiwa yang dialaminya di kepalanya, terutama bagaimana ia memandang keluarga, anak dan orang tua.
Kemudian, seiring bertambahnya usia, dia secara tidak sadar akan menggunakan kartu itu untuk membesarkan anak-anaknya. Meskipun dia menyadari pola asuh yang baik, apa yang mengganggunya mungkin muncul dan pada akhirnya bahkan dapat menyakiti sang anak. Satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran adalah perasaan yang dia miliki sebagai seorang anak.