Selain menjalin komunikasi, ayah dan ibu juga perlu kompak. Artinya, sejak awal mereka menyepakati pola asuh yang akan diterapkan pada anak.
Jangan sampai ayah menjadi sosok penyabar yang selalu membela anaknya saat dimarahi ibunya. Belakangan, sang anak menerima penguatan dari ayahnya dan mungkin berpikir bahwa ibunya adalah orang jahat. Hal ini dapat berdampak negatif pada anak karena dapat menimbulkan persepsi buruk terhadap seorang wanita, terutama ibunya.
Jika sang ibu memarahi anaknya, sang ayah harus bertindak dengan tepat. Ini berarti ayah harus setuju dengan ibu dan memvalidasi bahwa apa yang ibu katakan itu benar, tanpa terlalu marah.
Baca Juga:5 Ciri Pola Asuh Toxic yang Bisa Menyebabkan Bahaya Jangka Panjang pada Anak9 Tanda Keluarga Toxic dan Bahayanya Bagi Kesehatan Mental Anak
Kalaupun sang ayah merasa bahwa apa yang dilakukan sang ibu salah atau berlebihan, sebaiknya jangan memperkuatnya dengan membela sang anak tanpa alasan. Dalam situasi itu, sang ayah pun tidak menyalahkan sang ibu di depan sang anak. Itu hanya akan menegaskan perasaan anak bahwa ibunya salah. Jika ingin memarahi, tidak boleh dilakukan di depan anak.
- Saling pengertian
Pilihan lain adalah menerima pengasuhan dengan mencari alasan logis. Artinya, jika ibu marah, ayah harus mengerti alasannya. Jika demi kepentingan terbaik anak, cobalah untuk memahami dan mendukung ibu.
Sebaliknya, jika anda merasa sang ayah selalu membela anaknya, sang ibu juga harus mencari tahu alasannya. Para ayah bisa saja melakukan itu semua karena mereka tidak ingin menyakiti perasaan anak-anaknya.
Coba sesuaikan model parenting apapun demi anak, bu. Komunikasi yang baik, kompak, dan pengertian antar pasangan adalah cara yang tepat untuk menghindari toxic parenting.