Radarpekalongan.id – Bunda tentunya tidak ingin terjebak dalam pola asuh toxic yang ternyata menjadi toxic parenting bukan? Biasanya, orang tua dari orang tua yang toxic tidak memperlakukan anak mereka dengan hormat sebagai individu.
Contohnya adalah hasil karya anak tidak dipuji, sehingga ibu atau bapak tanpa sadar menyepelekan hal-hal yang telah dicapai anak dalam kesehariannya.
Atau bisa juga karena sering membanding-bandingkan anak satu dengan lainnya sehingga menurunkan rasa percaya diri anak.
Baca Juga:9 Tanda Keluarga Toxic dan Bahayanya Bagi Kesehatan Mental AnakApakah Boleh Berkurban Atas Nama Orang yang Sudah Meninggal?
Menurut psikoterapis Sherry Gaba LCSW, pola asuh toxic dapat ditandai dengan hal-hal berikut, dikutip dari Psychology Today, antara lain:
- Sangat reaktif negatif
Gaba mengatakan orang tua yang toxic secara emosional biasanya tidak terkendali. Orang tua ini cenderung mendramatisasi hal-hal kecil dan melihat kemungkinan sekecil apa pun sebagai alasan untuk menjadi bermusuhan, marah, kasar secara verbal, atau merusak.
- Kurangnya empati
Orang tua yang toxic tidak bisa berempati dengan orang lain. Sebaliknya, ini semua tentang mereka dan kebutuhan mereka, dan mereka tidak melihat apa pun yang mereka lakukan mengganggu, berbahaya, atau menyinggung.
- Sangat menguasai
Semakin banyak individu toxic, semakin mereka ingin mengendalikan semua orang dan segala sesuatu di sekitar mereka. Itu berarti pola asuh toxic, pengasuhan yang berlebihan, dan tuntutan yang tidak masuk akal bahkan pada anak yang sudah dewasa.
- Sangat kritis
Orang tua yang toxic tidak dapat atau tidak mau melihat hasil dari anak-anaknya, tidak peduli seberapa sukses anaknya. Orang tua yang toxic terus-menerus merendahkan orang-orang di sekitar mereka sambil menjadikan diri mereka luar biasa atau berbakat.
- Menyalahkan orang lain
Ketidakharmonisan, ketidaksepakatan, permusuhan, dan kehancuran keluarga yang disebabkan oleh pola asuh toxic selalu merupakan kesalahan orang lain. Orang tua ini tidak dapat dianggap bertanggung jawab atas masalah tersebut, tetapi menyalahkan anggota keluarga lainnya dan mengubah atau memanipulasi pandangan tentang peristiwa ini.
Terapis pernikahan dan keluarga Darlene Lancer, JD, LMFT, mengatakan pola asuh toxic tidak akan berkompromi, bertanggung jawab atau perilakunya atau meminta maaf.