Hal ini seolah menimbulkan pesan tersembunyi bahwa perempuan harus mengubah identitas dan memberikan segalanya demi mendapatkan penerimaan dari pria. Ini adalah stereotip yang berbahaya dan mempersempit ruang gerak perempuan. Di sisi lain, Pangeran Eric digambarkan sebagai sosok yang tampan, baik hati, kuat, dan pemberani. Dia adalah pria penyelamat yang akan “menyelamatkan” Ariel dari dunianya yang terikat. Stereotip ini menunjukkan bahwa perempuan hanyalah objek yang perlu diselamatkan oleh pria yang lebih kuat, mengabaikan kekuatan dan kemampuan perempuan untuk menyelamatkan diri sendiri.
Sebuah penelitian oleh Brigham Young University menemukan bahwa anak-anak yang sering menonton film-film Disney cenderung mengadopsi pandangan tradisional tentang peran gender. Mereka memiliki persepsi yang lebih kuat tentang perempuan sebagai objek yang perlu diselamatkan dan laki-laki sebagai pemimpin yang kuat. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua film Disney mengandung stereotip gender yang sama. Beberapa film seperti “Moana”, “Mulan”, dan “Frozen”, telah menghadirkan karakter perempuan yang mandiri, kuat, dan berani. Mereka menjadi pemimpin dan pahlawan dalam ceritanya sendiri, memperkuat gagasan bahwa perempuan memiliki kekuatan dan potensi untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa Disney juga telah mengambil langkah-langkah untuk memperbarui karakter perempuan dalam film mereka. Namun, dalam hal “The Little Mermaid”, masih ada ruang untuk perbaikan. Bagaimana kita dapat mengatasi stereotip gender dalam film ini?
Pertama, Disney perlu merencanakan ulang karakter Ariel agar memiliki ambisi dan tujuan yang lebih jelas di luar mendapatkan cinta pangeran. Ariel bisa menjadi sosok yang bersemangat dalam mengejar impian dan memiliki kecerdasan emosional yang kuat. Ini akan memberikan pesan kepada anak-anak bahwa perempuan tidak hanya bergantung pada pria untuk keberhasilan mereka. Selanjutnya, perlu ada penekanan pada pentingnya kebebasan individu dan memilih jalan hidup sendiri, tanpa harus mengorbankan siapa kita. Ariel dapat dipresentasikan sebagai contoh bahwa perempuan memiliki hak untuk memilih jalannya sendiri, termasuk tetap menjadi putri duyung dan mengejar impian lainnya tanpa harus mengubah identitasnya. Selain itu, Disney dapat menghadirkan lebih banyak karakter laki-laki dalam film mereka yang menunjukkan kepekaan emosional, sikap hormat terhadap perempuan, dan kolaborasi yang setara antara laki-laki dan perempuan. Ini akan membantu mengubah persepsi anak-anak tentang peran gender dan memperkuat gagasan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan harus didasarkan pada keseimbangan dan kesetaraan.