Kiai Romadhon menambahkan bahwa lembaga yang sudah merencanakan program harus berpegang pada “waidza azzamta fa tawakkal alallah“.
“Setelah melaksanakan ikhtiar maksimal tentunya kita harus bertawakkal kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan dan semangat yang terjaga,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, secara pribadi Kiai Romadhon juga menyampaikan bahwa sudah menjadi watak manusia memiliki kebosanan dalam menjalankan organisasi.
Baca Juga:LENGKAP! Ini Syarat Terbaru Naik KA Mulai 12 Juni 2023, Salah Satunya: Boleh Tak Pakai MaskerPN Pekalongan Resmikan Ruang Laboratorium Hukum Mahasiswa, Pertama di Indonesia
Menurutnya, ada dua tips untuk menangkal kebosanan tersebut. Yang pertama, para pengurus terutama yang masih muda-muda diminta untuk mencontoh para sesepuh, para mustasyar, dan jajaran PCNU yang sudah berusia lanjut (lebih dari 70 tahun) namun masih terus hadir dalam agenda rapat-rapat PCNU. Bahkan hadir dalam pendampingan di masyarakat.
“Kita semua yang masih muda ini yang masih kelebihan energi untuk bisa selalu melihat semangat beliau,” pesannya.
Kedua, imbuh Kiai Romadhon, apabila terdapat kebosanan, pandangilah secara serius makna logo NU. Huruf DHOD memiliki karakter yang begitu sulit untuk diucapkan dan ditulis panjang melewati gambar jagad (bumi).
“Hal ini memiliki makna bahwa tidak mudah dalam proses perjuangan dan pembinaan kepada masyarakat,” kata Kiai Romadhon.
“Kemudian kenapa menggunakan kalimat Nahdhoh yang secara bangunan masdae adalah lil imarah, ini dapat diartikan sekali bangkit harus terus bangkit jangan berhenti, selama-lamanya bangkit,” imbuhnya.
Lebih lanjut dalam Rapat Pleno 2 PCNU Kota Pekalongan ini, Kiai Romadhon menambahkan bahwa di Nahdlatul Ulama sudah komplit. Ilmu ada, keberkahan juga ada.
“InsyaAllah dengan terus bergerak dan menggerakkan roda Jam’iyyah NU ini akan ada keilmuan yang didapatkan dan pastinya akan ada keberkahan di dalamnya,” pungkasnya. (way)