Toxic positivity adalah keyakinan bahwa tidak peduli seberapa buruk atau sulitnya suatu situasi, orang harus mempertahankan pola pikir positif. Meskipun ada manfaat untuk menjadi optimis dan terlibat dalam pemikiran positif, kepositifan beracun menolak semua emosi yang sulit demi fasad yang ceria dan sering kali positif palsu.
Memiliki pandangan hidup yang positif baik untuk kesejahteraan mentalmu. Masalahnya adalah hidup tidak selalu positif. Kita semua memiliki emosi dan pengalaman yang menyakitkan. Emosi-emosi tersebut, meskipun seringkali tidak menyenangkan, perlu dirasakan dan ditangani secara terbuka dan jujur untuk mencapai penerimaan dan kesehatan psikologis yang lebih baik.
Toxic positivity membawa pemikiran positif ke ekstrem yang terlalu digeneralisasikan. Sikap ini tidak hanya menekankan pentingnya optimisme—tetapi juga meminimalkan dan bahkan menolak jejak emosi manusia yang tidak sepenuhnya bahagia atau positif.
Baca Juga:4 Cara Memvalidasi Emosi Orang Lain, Membantu Sesama Merasa Lebih BaikCara Menyadari Privilege, Agar Tidak Keliru Memanfaatkannya
Toxic positivity berarti memiliki pendekatan “getaran baik saja” untuk hidup dan membuang emosi yang tampaknya negatif. Itu menyangkal orang-orang dari dukungan otentik yang mereka butuhkan untuk mengatasi apa yang mereka hadapi.
Contoh Toxic Positivity
Toxic positivity dapat mengambil berbagai bentuk. Beberapa contoh yang mungkin kamu temui dalam kehidupanmu sendiri meliputi:
- Ketika sesuatu yang buruk terjadi, seperti kehilangan pekerjaan, orang mungkin berkata “tetap positif” atau “lihat sisi baiknya”. Meskipun komentar semacam itu sering dimaksudkan untuk bersimpati, komentar tersebut dapat menutup apa pun yang mungkin ingin dikatakan orang lain tentang apa yang mereka alami.
- Setelah mengalami beberapa jenis kehilangan, orang mungkin berkata bahwa “segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.” Sementara orang akan membuat pernyataan seperti itu karena mereka yakin itu menghibur, ini juga merupakan cara untuk menghindari rasa sakit orang lain.
- Saat mengungkapkan kekecewaan atau kesedihan, seseorang mungkin menjawab bahwa “kebahagiaan adalah sebuah pilihan.” Ini menunjukkan bahwa jika seseorang merasakan emosi negatif, itu adalah kesalahan mereka sendiri karena tidak “memilih” untuk bahagia.
Pernyataan seperti itu sering kali bermaksud baik, atau orang tidak tahu harus berkata apa lagi dan tidak tahu bagaimana berempati. Namun, penting untuk menyadari bahwa toxic positivity bisa berbahaya.