Mengulik Akulturasi Budaya Cina pada Batik Oey Soe Tjoen Pekalongan, Batik Tulis Peranakan Tertua di Indonesia

Akulturasi Budaya Cina Pada Batik Oey Soe Tjoen Pekalongan
Mengulik Akulturasi Budaya Cina pada Batik Oey Soe Tjoen Pekalongan, Batik Tulis Peranakan Tertua di Indonesia (Twitter/@andreasharsono)
0 Komentar

Motif buket menunjukan pengaruh eropa. Buketan pada batik Oey Soe Tjoen antara lain bermotif bunga mawar latar truntum dan bunga dahlia latar ukel.

Selain kain panjang Oey Soe Tjoen juga memproduksi kain sarung dengan ukuran 2 kacu kain yakni 210 cm x 105 cm.

Bunga peoney dan burung hong pada Batik Oey Soe Tjoen Pekalongan (Twitter/@gelar_nusantara)

Baca Juga:Mengenal Perkembangan Batik Pedalaman, Dibuat dengan Ciri Khusus yang Jarang Orang KetahuiMenelusuri Munculnya 6 Jenis Batik di Indonesia yang Menyemarakkan Ragam Hias Batik Nusantara

Sarung ini badannya bermotif buket bunga peony atau botan latar bekangnya perang menang dan kepalanya bermotif bunda peony atau botan.

Batik peranakan banyak mengambil motif peony karena mengandung makna keagungan dan kesejahteraan di usia senja.

Ada pula motif ikan yang melambangkan kemakmuran berlimpah. Dengan mengenakan kain batik tersebut, pemakaianya diharapkan panjang umur, agung, sejahtera dan rezekinya berlimpah.

Selain motif bunga, batik peranakan cina juga menggunakan motif berdasarkan mitologi cina, seperti kilin, naga, burung phoenik atau hong, dewa dewa, api, mega, bunga dan sulur suluran berstilasi khas.

Perbedaan batik pengaruh budaya cina dengan batik tradisional Indonesia terletak pada teknik pewarnaannya.

Batik jawa cenderung menggunakan warna berat karena penggunaan warna alami seperti soga, genes, kayu tiget, kayu tingi, dan akar pace.

Batik peranakan cina juga cenderung berwarna warni primer, seperti merah, biru, hijau dan sudah menggunakan pewarna kimia.

Baca Juga:Melestarikan Batik dengan Mengenal Pewarnaan Kain BatikMari Kita Cintai, Jaga dan Lestarikan Batik dengan Belajar Merancang dan Membuat Motif Batik Serta Pemberian Malam

Batik peranakan mempelopori teknik pewarnaan primer dengan gradasi yang unik. Teknik batik tulis mengalami perkembangan pesat setelah adanya pengemuan canting pada awal abad XVII.

Impor kain putih dari Eropa menjelang pertengahan abad XIX dan penemuan zat warna sintetis serta kemajuga transportasi menjadi pendorong akan kemajuan batik tulis.

Saat itu para pengrajin batik bekerja dengan tekun dan cermat. Mereka mampu membuat titik dan garis yang teramat halus dan rumit.

Modal SDM yang tekun dan terampil serta kontrol kualitas yang ketat menjadi faktor yang mendukung perkembangan batik tulis.

Batik Oey Soe Tjoen Pekalongan pun mencapai kesuksesannya sebagai penghasil batik berkelas karena memenuhi ketiga faktor yakni kualitas bahan, warna dan sdm. Saat itu Oey Soe Tjoen memperkerjakan 150 an pembatik.

0 Komentar