RADARPEKALONGAN.ID – Proses transformasi digital yang berlangsung pesat dan masif saat ini telah merubah cara orang hidup. Banyak yang mampu menangkap peluang dan membuatnya berkembang, tetapi tak sedikit pula yang akhirnya tumbang karena tak mampu adaptif. Dalam semangat adaptif pula, PDNA Kota Pekalongan terus berkreasi menghadirkan program-program inovatif, salah satunya Pelatihan Mubalighot dan Workshop Kewirausahaan yang digelar pagi sampai sore pada Minggu (30/7/2023) kemarin di Kampus 2 FEB UMPP Kota Pekalongan.
Bagi PDNA Kota Pekalongan, dakwah dan ekonomi adalah dua bidang yang juga mengalami perubahan disruptif di era digital saat ini. Karena itu, upaya adaptif perlu terus dilakukan agar dua bidang ini juga bisa tergarap dengan maksimal.
Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kota Pekalongan, Mey Amna Hijriyati, S.Si. menjelaskan, secara umum di rumah besar Muhammadiyah, ekonomi menjadi isu yang aktual sejak Muktamar 47 Makasar. Bahwa Muhammadiyah berikut seluruh organisasi otonomnya selama satu abad pertama dinilai telah relatif sukses dalam menggarap bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Baca Juga:Hari Jadi ke-418, Indikator Makro Ekonomi Kendal Kian MenjanjikanInspirasi Literasi, MPI Serahkan Novel RSK Karya Sugito Hadisastro ke Disperpuska Batang
“Nah, ekonomi ini masih jadi pekerjaan rumah, karena mungkin belum mendapatkan concern yang memadai dibanding bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Maka muktamar 47 Makasar mengamanatkan pembangunan sektor keempat ini, yakni ekonomi, dan muktamar 48 di Solo, ini semakin dipertegas dengan memasukkan unsur kewirausahaan, ekonomi kreatif UMKM, hingga pariwisata. Kami rasa, ini bagian dari membaca peluang di masa kini dan mendatang, dan kita sebagai ortom tentu berkewajiban mengimplementasikan ini juga,” jelas Ketua PDNA Kota Pekalongan, Mey Amna, usai acara.
Sementara aspek dakwah sebagai bagian dari karakter Muhammadiyah pun saat ini mengalami disrupsi akibat transformasi digital. Saat ini orang dapat dengan mudah belajar agama hanya bermodalkan gadget, tanpa harus datang ke tempat kajian, tanpa harus kenal guru, dan lain sebagainya.
“Satu sisi ini menjadikan agama kian inklusif dan siapapun dalam kondisi apapun bisa belajar. Tetapi ini juga jadi tantangan, terutama karena sebagian besar ormasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah sendiri relatif terlambat menggarap dakwah di era digital ini. Maka ini jadi tantangan sekaligus peluang bagaimana PDNA Kota Pekalongan juga menggarap dakwah di ranah digital, antara lain melalui sekolah mubalighot ini,” terang Mey Amna.