Tetap Adaptif di Era Digital, PDNA Kota Pekalongan Hadirkan Pelatihan Mubalighot dan Workshop Kewirausahaan 2023

PDNA Kota Pekalongan
BERBAGI INSPIRASI - Owner Nibras House Pekalongan, Umi Ida Fitriati, berkesempatan sharing motivasi bisnis di hadapan peserta Workshop Kewirausahaan PDNA Kota Pekalongan. (Dok. Istimewa)
0 Komentar

Peserta Pelatihan Mubalighot PDNA Kota Pekalongan menyimak materi

“Yang harus dipahami juga, bahwa dakwah di era digital ini tidak bisa hanya mengandalkan cara-cara lama yang konvensional. Karena selain terjadi disrupsi di berbagai tatanan kehidupan, termasuk agama di ruang digital, kata kunci dari dakwah di era digital ini juga sama dengan bidang lainnya, yakni kemampuan adaptif serta kebutuhan atas inovasi yang tinggi,” jelasnya.

Saefudin menilai, meski sejak awal membawa semangat berkemajuan, namun proses adaptif Muhammadiyah terhadap disrupsi teknologi ini relatif lambat. Tak heran, Muhammadiyah juga cukup tertinggal dalam peran dakwah di era digital ini.

“But late is better than never, maka dakwah di era digital ini juga menjadi tantangan dan peluang bagi PDNA Kota Pekalongan untuk lebih serius menggarapnya. Karena secara range usia, semestinya para Nasyiat ini lebih mampu memahami dunia digital dan kultur generasinya, terutama Generasi Z. Jadi seriusilah, lalu kober dan konsisten, dan semua itu harus ditunjang kreativitas dan inovasi. Buatlah konten-konten dakwah pendek untuk Instagram dan TikTok, fokus ke tema-tema yang relate dengan kebutuhan keseharian netizen,” pesannya.

Baca Juga:Hari Jadi ke-418, Indikator Makro Ekonomi Kendal Kian MenjanjikanInspirasi Literasi, MPI Serahkan Novel RSK Karya Sugito Hadisastro ke Disperpuska Batang

Untuk menunjang skill dakwah, seorang mubaligh/mubalighot pun perlu menguasai public speaking. Pemateri terakhir, Rita Rahmawati, pun memberikan panduan praktis di sekitar seni public speaking yang efektif.

Peserta Pelatihan Mubalighot PDNA Kota Pekalongan praktik langsung public speaking

Dia menjelaskan, teknik public speaking yang baik harus dilandasi oleh mental percayab diri dan penyampaian yang komunikatif. Sebagai public speaker, mubaligh/mubalighot juga harus memahami tiga pilar public speaking, yakni verbal atau kata-kata yang disampaikan dengan volume 7%, vokal yang mencakup volume, speed, artikulasi dan intonasi (38%), serta visual atau bahasa tubuh (55%).

Dia menyebut setidaknya ada tiga masalah yang umum dijumpai dalam public speaking, yakni nervous, teknik public speaking, dan penguasaan materi. “Solusinya adalah well prepared atau matangkan persiapan, terus berlatih, dan berpikir positif. Tetapi terlepas dari semua itu, public speaking atau praktical skill, jadi memahami teorinya saja tidak cukup. Untuk menjadi public speaker kuncinya adalah praktik dan praktik, langsung learning by doing,” ujarnya.

0 Komentar