Kedua, Muhammadiyah juga berwatak tajdid, sebuah gerakan pembahaharuan. Ada aspek purifikasi dalam aqidah dan ibadah, tetapi juga ada dinamisasi dalam muamalah atau urusan keduniawian.
Ketiga, karakter wasathiyah, yakni tidak ekstrem kanan atau kiri, melainkan tengah-tengah. “Muhammadiyah memegang teguh prinsip tawasuth (tengah-tengah), tawazun (keseimbangan), dan ta’adul (adil),” tandas Dr. Bisyri.
Pada sesi kedua, ada materi Manhaj Tarjih oleh Dr. Akhmad Jalaludin, MA serta Risalah Islam Berkemajuan oleh Dr. Ibnu Sholeh, MA, MPI. Dr. Jalaludin menjelaskan tentang sejarah kelahiran Majlis Tarjih dan perkembangannya hingga semua aspek yang terkait dengannya.
Baca Juga:Hasil Unik Muscab, PCM dan PCA Weleri Muktamar 48 Dipimpin Pasangan Suami IstriRenovasi Masjid Agung Kendal Tetap Pertahankan Nilai Sejarah, Soko Guru Hadiah 4 Wali Tetap Dijaga
Dr. Jalaludin dan Dr. Ibnu SHoleh menyampaikan materi sesi kedua Ideopolitor
Menurut Jalaludin, Majlis Tarjih didirikan sebagai upaya antisipasi terhadap munculnya perselisihan masalah agama di kalangan warga Muhammadiyah. “Menariknya, usulan pendirian Majlis Tarjih ini muncul pertama kali pada Kongres Muhammadiyah tahun 1927 di Pekalongan, yang mengusulkan KH Mas Mansyur. Jadi, ada jejak Tarjih di Pekalongan,” ujarnya.
Dalam hal pendekatan, jelas dia, Majlis Tarjih menggunakan tiga metode, yakni pendekatan tekstual (bayani) bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis, pendekatan burhani yang memberi ruang pada akal dan ilmu pengetahuan, serta pendekatan pada ketajaman intuisi dan kepekaan nurani.
“Dalam perkembangannya, Manhaj Tarjih adalah ijtihad itu sendiri, yakni suatu sistem yang memuat seperangkat wawasan (atau semangat/perspektif), sumber, pendekatan, dan prosedur-prosedur tehnis (metode) tertentu yang menjadi pegangan dalam kegiatan ketarjihan,” terangnya.
Sementara Dr. Ibnu Sholeh menyebut Islam Berkemajuan telah menjadi ruh Muhammadiyah sejak awal. Dia pun menukil Statuten 1912 yang menjelaskan bahwa tujuan Muhammadiyah adalah Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.
Ibnu Sholeh juga memaparkan lima karakter Islam Berkemajuan. Pertama, berlandaskan pada tauhid. Kedua, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketiga, menghidupkan ijtihad dan tajdid.
Keempat, mengembangkan paham dan gerakan wasathiyah atau moderat. “Dan terakhir, mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Inilah lima karakter Islam berkemajuan ala Muhammadiyah,” ujarnya.
Baca Juga:PDM Kendal Hadirkan Prof Musthofa Dasuki Kisbah, Belajar Langsung Wakaf dari Pakar InternasionalPerintisan PCA Krapyak Kembali Diseriusi, 7 Tahun Masa Jomblo PCM Krapyak Segera Berakhir
Sementara Drs Ghozali, M.Si. dalam materi “Keumatan dan Kebangsaan” mengutip pandangan Prof Haedar Nashir, bahwa bagi Muhammadiyah perjuangan keumatan dan kebangsaan ibarat satu tarikan nafas.