Pernikahan itu sulit, dan pertengkaran atau berargumen dengan pasangan tidak bisa dihindari. Ketika ada ketegangan dalam pernikahanmu, rasa sakit hati yang tidak terucapkan atau tidak terselesaikan dapat menumpuk dan berargumen dengan pasangan baik kecil maupun besar dapat dengan mudah meningkat menjadi pertengkaran besar-besaran.
Setiap orang mempunyai pemicunya masing-masing, dan pasangan kita sering kali mempunyai kemampuan untuk memicu kita dengan cara yang tidak dapat dilakukan orang lain. Namun dalam pernikahan yang sehat, ada pemahaman bahwa kaliam bersama-sama.
Namun, ketika kamu sangat terluka atau marah, kamu mungkin tergoda untuk memutuskan hubungan (atau setidaknya mengancamnya). Suasana yang panas bisa memunculkan kata-kata yang ampuh—seperti “perceraian”—yang sebenarnya tidak kami maksudkan. Namun mengungkit perceraian untuk menyampaikan maksudmu, didengarkan, atau mencoba membuat pasanganmu memahami betapa kesalnya kamu melalui berargumen dengan pasangan bukanlah ide yang baik.
Baca Juga:5 Cara Menghadapi Konflik yang Harus Kamu Hindari, Bahaya untuk Hubunganmu!Daftar Resolusi Konflik yang Harus Kamu Hindari, Waspada Terhadap 5 Hal Ini!
Ancaman tersebut dapat membuka pintu yang tidak ingin kamu buka—dan tidak selalu mudah untuk ditutup.
Pikiran vs. Ancaman
Kadang-kadang memikirkan seperti apa hidupmu tanpa pasangan adalah hal yang normal dan mungkin tidak berbahaya, namun ancaman perceraian bukanlah hal yang normal. Menurut penelitian, pemikiran tentang perceraian cukup umum terjadi dalam sebuah pernikahan. Sebuah laporan menemukan bahwa separuh dari seluruh pasangan menikah yang berusia antara 25 dan 50 tahun dilaporkan mempunyai pemikiran untuk bercerai—baik secara lisan maupun tulisan—baik saat ini maupun di masa lalu.
Kadang-kadang, merenungkan perceraian mungkin hanya sekadar pelampiasan atau proses yang tidak berbahaya, di lain waktu hal itu lebih bersifat pedas—dan mungkin merupakan pertanda masalah bagi hubunganmu.
Walaupun pemikiran seperti itu tampak biasa, namun tidak selalu memberatkan atau permanen, karena banyak orang memilih untuk tetap menikah. Banyak pasangan mengalami pasang surut sepanjang hubungan mereka tetapi berhasil mengatasi badai dan tetap bersama. Beberapa orang mungkin berpikir tentang perceraian tetapi tetap bahagia, sementara yang lain tetap bertahan. Dalam kasus lain, perkawinan tidak dapat diperbaiki lagi, dan perceraian tidak dapat dihindari.