Radarpekalongan.id – Bagaimana cara menjaga kesehatan mental anak usia dini? Agar ibu dan anak dapat tumbuh dengan bahagia, maka perlu memperhatikan lebih dari sekedar kesehatan fisik sejak dini.
Kesehatan mental anak usia dini juga penting untuk optimalisasi tumbuh kembang anak. Pasalnya, jika kesehatan mental seorang anak dikembangkan dengan baik sejak bayi hingga anak usia dini, hal itu akan membantunya dalam menghadapi situasi apa pun dan tumbuh menjadi anak yang sehat sempurna dan kemudian menjadi dewasa.
Kesehatan mental anak-anak adalah cara mereka berpikir dan merasakan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.
Baca Juga:Inilah 6 Hal yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Anak, Simak Ulasannya!Inilah Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Anak yang Seringkali Terabaikan
Oleh karena itu, kesehatan mental bergantung pada bagaimana anak mengatasi tantangan hidup. Saat ini, membantu anak tumbuh dengan bahagia menjadi sebuah tantangan tersendiri. Oleh karena itu, para ibu bisa membantu si kecil tetap sehat dan bahagia.
Berikut 5 cara menjaga kesehatan mental anak usia dini :
- Berikan anak rasa aman
Cara menjaga kesehatan mental anak usia dini yang pertama adalah berikan rasa aman. Mendukung kesehatan mental anak secara umum berarti memberikan rasa aman kepada anak kecil, membantu mereka mengembangkan hubungan positif dengan orang lain, dan mendukung tumbuh kembangnya di rumah dan di sekolah.
Kesehatan mental anak dapat dijaga dengan menyediakan lingkungan yang aman dimana anak merasa dihargai, dicintai, dihargai dan dipercaya. Selain itu, anak-anak mengembangkan hubungan baik dan rasa saling percaya dengan keluarga, teman, dan orang-orang di sekitarnya.
- Melindungi anak dari kejadian traumatis
Cara menjaga kesehatan mental anak usia dini yang melindungi anak dari kejadian traumatis. Kebanyakan anak kecil tumbuh sehat secara mental. Gangguan kesehatan jiwa dapat terjadi ketika anak sudah rentan mengalami gangguan kesehatan jiwa, biasanya karena suatu peristiwa traumatis.
Terkadang perubahan besar bisa menjadi pemicunya. Misalnya, jika seorang anak berpindah-pindah atau mempunyai adik, maka anak harus beradaptasi dengan lingkungan dan situasi baru.
- Mengajari anak mengelola dan mengekspresikan emosinya