Dikatakan, progam kerja JAKA merupakan pembuatan serbuk minuman herbal dari campuran tanaman lokal. Di luar dugaan, ternyata program inovasi ini disambut antusias oleh warga Dukuh Petungkon.
Antusiasme ini bisa dilihat selepas pelatihan pembuatan kerajinan gelagah. Salah satu warga Petungkon, Sri, langsung melayangkan pertanyaan terkait peralatan yang dibutuhkan hingga mahal tidaknya proses produksi JAKA.
“Kalau pembuatan serbuk (JAKA) seperti ini apakah perlu oven dan lain sebagainya, apakah prosesnya juga lama?,” tanyanya penuh penasaran.
Baca Juga:Perizinan Online Permudah Para Pelaku UsahaTiga Menit Kuras Kotak Amal
Menanggapi pertanyaan ini, Luqni memastikan proses produksi minuman olahan JAKA ini tidaklah butuh waktu lama. Pun pembuatannya sampai menjadi serbuk tidak perlu menggunakan oven, melainkan hanya butuh wajan untuk proses kristalisasi melalui perpaduan gula pasir dengan menggunakan api kecil. “Kami juga akan mendatangkan ahlinya, sehingga Ibu-ibu nanti bisa praktik langsung cara membuat olahan ini sampai menjadi serbuk,” ujarnya.
Akhirnya, program pelatihan pembuatan minuman olahan serbuk herbal ini pun bisa dilaksanakan pada 21 Oktober 2023 lalu dengan mengambil tempat di TPQ Al-Amin. Untuk memudahkan pendampingan dan memantau progresnya, secara teknis masyarakat dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing beranggotakan 5 sampai 10 orang.
Menariknya, seluruh bahan yang dibutuhkan justru sudah disiapkan mahasiswa KKN 57 UIN Gus Dur. Sementara warga hanya cukup membawa peralatan saja.
Dalam kesempatan itu, Firda Laila Nuzulia selaku instruktur pelatihan mengatakan bahwa bahan-bahan untuk membuat minuman serbuk herbal JAKA ini cukup mudah, yakni jahe, gula pasir, cengkeh, kapulaga, pandan, sereh, dan air, dalam proses pembuatan menjadi serbuk memalui tahap memarut jahe menjadi halus kemudian disaring lalu air jahe dimasukkan kedalam wajan.
“Selanjutnya, campurkan gula, kapulaga dan cengkeh. Setelah itu diaduk sampai menjadi serbuk. Perlu diingat, ketika hampir mengering pengadukan harus cepat dan api harus kecil agar merata dan tidak gosong,” ucapnya.
Program inovasi Tim Mahasiswa KKN 57 UIN Gus Dur ini pun disambut baik Kepala Dusun Petungkon, Bahrul Alam. Menurutnya, masyarakat Dukuh Petungkon memang memerlukan sebuah terobosan agar masyarakatnya semakin kreatif.
“Masyarakat Dukuh Petungkon ini sebenarnya memiliki potensi besar, hanya saja terkendala tidak ada yang mendorong dan memfasilitasi, kasarannya tidak ada yang mengajari. Jadi program mahasiswa KKN 57 UIN Gus Dur ini sangat kami apresiasi,” ungkapnya.