TPS3R KSM Rewang Diapresiasi BRIDA Jateng, Bisa jadi Percontohan Pemda

KSM Rewang
TINJAUAN - Kepala BRIDA Jateng Mohammad Arief Irwanto saat melakukan tinjauan pengolahan sampah KSM Rewang TPS3R yang berada di Desa Semampir Kecamatan Reban Kabupaten Batang
0 Komentar

Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, A Handy Hakim menyatakan bahwa penanganan sampah itu tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Harus dilaksanakan secara bersama.

“Kami selaku dinas teknis akan melibatkan seluruh pejabat juga yang ada di wilayah camat, lurah dan juga ada partisipasi aktif dari masyarakat. Jadi itu kunci dari keberhasilan pengelolaan sampah,”ungkap Handy Hakim.

Dukungan dan kebijkan Bupati juga sangat penting kata Dia, karena berkaitan mengalokasikan anggaran untuk pengembangan pasampahan.

Baca Juga:APS Pemilu Melanggar Bakal DitertibkanIndustri Keuangan Syariah Menjanjikan

“Saat ini saja kita masih butuh armada sampah. Jumlah armada truk sampah saat ini ada 14, armada kecil itu hanya 3 dan 2 amrol. Kondisinya Armada kami sangat memprihatinkan karena armada pengadaan dari tahun 1997 masih kita pakai. Ya bolak-balik servis, akibatnya tidak bisa efektif,”ungkapnya.

Terkait dengan pengelolaan sampah yang ada di Desa Semampir, Kepala DLH Batang juga mengapresiasi inovasinya. Karena membantu mengatasi masalah sampah yang ada di Kabupaten Batang.

“Alat itu sangat membantu tapi tidak dalam jangka pendek, karena pengolahan sampah itu ada yang dalam waktu cepat ada dalam menengah dan jangka panjang. Ini lebih ke menengah atau panjang?”ungkapnya.

Handy Hakim juga menyatakan belum mengetahui secara persis kemampuan alat pengolah sampah KSM Rewang TPS3R.

“Saya kurang tahu proses berapa tapi kalau dilihat dari kemampua alatnya itu, mungkin hanya sekitar satu truk. Jadi mungkin sekitar maksimal itu 5, 5 ton itu sudah maksimal itu alat. Sementara kebutuhan kita 150 ton per hari,”katanya.

Alat mesin tersebut kata Handy, bisa dimanfaatkan secara efektif untuk level desa dan kelurahan. Namun masalahnya, ketika alat mesin tersebut dibeli. Apakah masyarakat ada yang mau mengolah sampah dan bisa merawat dan mengoperasikan mesinnya? Sehingga harus ada sosialisasi terlebih dahulu sebelum pengadaan mesin pengolah sampah.

“Jangan sampai setelah kita nanti ada pengadaan, kita membeli alat seperti itu, lalu tidak ada yang menggunakan yang akhirnya mangkrak. Karena tidak ada kesiapan, jadi perlu ada kesiapan dan komitemen bersama,” pungkasnya. (nov)

0 Komentar