KRAMAT, RADARPEKALONGAN.ID – DPRD Komisi IV apresiasi siswa SMPN 1 Kramat Tegal yang berkarya membuat batik ecoprint.
Para pelajar SMP Negeri 1 Kramat Kabupaten Tegal memang patut diacungi jempol. Para pelajar ini telah berkarya membuat batik ecoprint yang berasal dari zat warna daun.
Bahkan, batik buatannya itu digunakan untuk kegiatan sekolah, baik guru maupun para siswa.
Baca Juga:Saran Komisi IV: Izin Bangunan Jembatan Kaca di Guci Tegal Harus DilengkapiTahun 2023 DPRD Kabupaten Tegal Bahas Tiga Raperda
DPRD Komisi IV Apresiasi Siswa SMPN 1 Kramat Tegal
“Sungguh luar biasa. Batik daun ecoprint ini keren-keren. Saya sangat mengapresiasi,” kata Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal Muhammad Bintang Adi Prajamukti, saat berkunjung ke SMP Negeri 1 Kramat, Kamis (2/11).
Menurut Bintang, ternyata di Kabupaten Tegal banyak motif batik. Mulai dari batik tulis, batik cap, batik ciprat dan sekarang ada lagi batik daun ecoprint.
Bintang berujar, batik daun ini sangat berpotensi untuk dikembangkan. Karena dipastikan banyak yang suka dengan motif dedaunan. Terlebih harganya juga terjangkau.
“Batik daun ini sangat cocok kalau digunakan untuk seragam ASN di Pemkab Tegal. Pelajar SMP atau SMA, juga bisa menggunakannya,” kata Bintang menyarankan.
Sementara, Kepala SMP Negeri 1 Kramat Hening mengucapkan terima kasih atas apresiasi dan kunjungan Komisi IV ke sekolahnya. Kunjungan DPRD Komisi IV apresiasi siswa SMPN 1 Kramat Tegal
Menurut Hening, batik daun ecoprint yang diproduksi anak didiknya itu, sebenarnya tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Sejauh ini, pihaknya hanya ingin menerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) terhadap peserta didiknya.
“Tujuan kami adalah, melatih siswa dengan mendasari kurikulum merdeka,” kata Hening.
Baca Juga:2 Fraksi Meminta Pengelolaan Dana Darurat Harus Direncanakan Secara IntensifJadi Guru Selama 17 Tahun Gaji Hanya Rp 400 Ribu per Bulan
Untuk berkarya membuat batik ecoprint itu, lanjut Hening, tidak membutuhkan biaya yang mahal. Karena daun yang digunakan untuk zat warna, diperolehnya dari lingkungan sekolah.
“Kita memanfaatkan yang ada di sekolah. Dan produk kami ini, tidak dipasarkan secara luas. Karena sejatinya, kami hanya untuk melatih siswa. Tidak mencari profit atau keuntungan,” tandasnya.