“Kami di satu sisi menghormati kontrak. Ya silahkan. Karena selama ini kami tidak bisa menyentuh dalam pemeliharaan karena itu masih domainnya di Tika Jaya. Tapi kalau kita diamkan saja, bahaya. Pemerintah harus hadir di situ, negara harus hadir. Makanya kami menginisiasi untuk merelokasi. Posisi kerusakannya sudah 40, namun nanti saya akan minta PU untuk kembali melakukan pengecekan,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, sebagian besar pedagang di Pasar Induk Kajen enggan untuk pindah ke lokasi pasar baru jika pemerintah berencana membangun pasar baru di lahan eks pasar darurat di Sinangohprendeng. Pedagang justru berharap jika kondisi Pasar Kajen dinilai tidak layak, maka lebih baik anggarannya untuk merehab Pasar Induk Kajen yang saat ini ada.
Pengurus APPSI Pasar Induk Kajen, Amin, mengatakan, tak mempersoalkan jika pemerintah ingin membangun pasar. Namun, kata dia, sebagian besar pedagang ingin tetap bertahan di pasar lama. “Tempatnya (di Sinangohprendeng, red) ndak memungkinkan. Kanan-kiri masih sawah. Ya kita harus babat lagi dari nol berarti,” ungkap dia.
Baca Juga:Menarasikan Nasionalisme dalam Cita Rasa Kekinian, Kesbangpol Luncurkan Buku Aku Cinta Bangsa IndonesiaPedagang Diminta Tidak Jualan di Trotoar Pasar Wiradesa Baru
Menurutnya, lokasi pasar di Sinangohprendeng dinilai pedagang kurang strategis. Letaknya lebih strategis lokasi pasar yang sudah ada saat ini. “Khawatirnya nanti sepi. Kita korban lagi nanti,” katanya.
Ia berharap, jika Pasar Induk Kajen dinilai sudah tidak layak, maka yang dibangun adalah pasar yang lama ini. Pedagang siap untuk pindah sementara di Sinangohprendeng selama pembangunan pasar tersebut. “Itu sifatnya sementara saja yang di Sinangoh. Yang dibangun pasar ini saja,” ujar dia.
Dikatakan, kondisi pedagang Pasar Kajen saat ini banyak yang hidup segan mati tak mau. Artinya, akibat lesunya perekonomian dan gempuran pedagang online nasib pedagang pasar sepi pembeli.
“Kondisi perekonomian secara umum saat ini lesu, sehingga daya beli masyarakat menurun, ditambah pedagang-pedagang online, makanya nasib pedagang sepi. Lihat saja mas jam 12-an siang, sudah banyak pedagang yang kukut (tutup lapak atau kios, red). Coba saja jenengan masuk ke pedagang-pedagang pakaian itu, jadi kita cuma sekedar menjalani tugas biar kelihatan kerja tapi sebenarnya ndak dapat apa-apa,” tutur dia.