Yang tidak kalah pentingnya, pihak masyarakat dan sebagainya, kuncinya tidak menyalahkan. Ini justru dikhawatirkan akan menambah buruknya kondisi psikologi sang ibu korban.
Nur Agustina menyebutkan, fenomea remaja atau anak yang mengakhiri hidupnya dengan cara-cara yang tidak semestinya, sudah pernah terjadi. Salah satu pemicunya bisa jadi terkesan sepele, yakni diminta atau dilarang pada saat main gadget.
Apakah dalam kasus anak SD di Doro, Kabupaten Pekalongan, penyebab utamanya adalah pelarangan main ponsel? Menurut Nur Agustina, itu perlu didalami lebih lanjut. Apakah betul penyebab utamanya akibat pelarangan main ponsel oleh sang ibu? Atau ada faktor lain yang justru jadi penyebab utamanya.
Baca Juga:BPI Kolaborasi dengan Kemenag Tingkatkan Kapasitas Pelaku UMKMPendidikan Kabupaten Pekalongan Peringkat 1 Se-Jateng
Menurutnya, perlu juga didalami sebelum peristiwa itu terjadi. Apakah anak ini masuk kategori kecanduan gatget atau tidak? Konten yang dilihatnya, apakah banyak di luar konten pelajaran sekolah atau tidak? Hal itu, kata dia, patut menjadi dasar penelusuran penyebab utama peristiwa tragis tersebut.
Disebutkan, anak kecanduan gadget biasanya memiliki ciri-ciri malas mengerjakan tugas sekolah. Ia enjoy main game online. Kondisi ini sangat berdampak terhadap kondisi kejiwaan sang anak. “Bahkan dapat berdampak terhadap kejiwaan teknologi mereka,” kata Nur Agustina.
Menurutnya, jika ditemukan anak yang sudah kecanduan gatget, lalu dipisahkan dari gadgetnya, maka perilakunya menjadi inklusif. Misalnya ia akan agresif, bisa dalam bentuk fisik. Seperti suka marah, memecah barang di rumah atau mengancam untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti dirinya.
“Itu bisa saja terjadi, misal bisa bandingkan dengan orang yang adiksi narkoba. Jika mereka saat putus obat, perilakunya juga menunjukkan perilaku-perilaku yang diluar orang pada umumnya. Itu sama, seperti para pecandu gadget,” terangnya.
Dirinya menyarankan, bagi mereka yang mengalami gangguan perilaku karena adiksi gadget, harus ditangani oleh ahli. Misalnya psikiater dan psikolog. Terutama, jika sudah parah itu membutuhkan pengobatan intens karena dampaknya, adanya perubahan-perubahan perilaku yang tidak bisa hanya dikasih saran atau dikasih tahu saja.Kerap kali, kita sebagai orang tua, hanya melarang seorang anak atau remaja untuk tidak menggunakan gadget, tetapi tidak memberi solusi atas pengalihan kecanduan dimaksud. Itu karena bagi orang tua, harus menemani, kemudian mengalihkan serta diajak bicara, dan biasanya pengalihan perilaku atau kegiatan itu harus bersifat fisik.