“Ya, biasanya kalau bersifat kognitif atau berpikir mereka tidak mudah untuk konsentrasi. Jadi apakah sudah termasuk kategori adiksi atau belum, biasanya ada perilaku yang menunjukkan saat diminta atau tidak menggunakan itu dia akan menunjukkan perilaku-perilaku tertentu atau juga bisa menunjukkan perilaku-perilaku lain saat dia menggunakan,” ujarnya.
Dirinya mencontohkan, salah satu indikator yang sering dijumpai adalah anak-anak yang kecanduan gadget biasanya malas untuk membaca, malas mengerjakan tugas-tugas, bahkan malas untuk berangkat sekolah.
“Jadi sebetulnya dampak kecanduan gadget ini cukup berbahaya, tetapi terkadang kita seringkali tidak menyadari dan tidak cukup bekal untuk mengedukasi dan untuk mendidik anak. Apalagi, di era digital sepert ini, orang tua seringkali tidak cukup ‘bekal’,” tuturnya.
Baca Juga:BPI Kolaborasi dengan Kemenag Tingkatkan Kapasitas Pelaku UMKMPendidikan Kabupaten Pekalongan Peringkat 1 Se-Jateng
Dijelaskan, perkembangan teknologi, sama halnya dua mata pisau, yang bisa berdampak positif maupun negatif. Dan, seringkali mengabaikan atau meminimalkan dampak negatifnya, karena tidak dilakukan pendampingan terhadap anak.
“Memang, mungkin orang awam agak susah memahami, bagaimana sih bermain gadget kok bisa sampai nyandu. Iya, karena ini berhubungan dengan otak, jadi jika orang sudah nyandu, kalau butuh itu marah-marah, kemudian mengancam juga bisa. Jadi butuh penanganan serius jika memang sudah kecanduan gadget,” tuturnya.(had)