PEKALONGAN – Wafatnya KH Najib Nachrowi, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin Kota Pekalongan meninggalkan duka bagi masyarakat Pekalongan dan para santri. Inipun dirasakan H Muhtarom, yang ikut takziah almarhum pada Rabu (16/10/2024).
“Kita semua, kehilangan sosok panutan dan teladan. Semasa hidupnya KH Najib Nachrowi pernah menjabat sebagai A’wan PCNU periode 2012-2017,” ucapnya.
Muhtarom mengaku mengenal lebih akrab sosok KH Najib Nachrowi. Ketika bersama-sama berhidmah di PCNU Kota Pekalongan. Almarhum wafat di usia 68 tahun. Kemudian jenazah disholatkan di Mushola Pondok serta dimakamkan di Pemakaman Landungsari Pondok.
Baca Juga:Hadiri Haul Auliya' di Mushola Musolla Rohmatul Mubtadiin, Muhtarom Ajak TeladaniBertemu Pada Peringatan Maulid Nabi di Kanzus Sholawat, Muhtarom dan Taj Yasin Saling Mendoakan
“Kami semua mendoakan almarhum KH Najib Nachrowi. Semoga Allah SWT mengapuni dosa-dosa dan menerima amal baiknya,” ungkapnya.
Seperti diketahui, KH Najib Nachrowi adalah salah satu pengasuh Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin, Landungsari atau yang biasa juga disebut Pondok Grogolan. Ponpes tersebut didirikan oleh almaghfurlah KH Saelan pada tahun 1921 M. Beliau adalah putra dari Kiai Muchsin bin Kiai Abdulloh (Syekh Tholabuddin) bin Kiai Chasan.
Kiai Chasan ini adalah seorang kiai dari Kerajaan Mataram. Native 1 Semasa muda, KH Saelan mengaji dan menuntut ilmu kepada Kiai Maliki (Landungsari) dan Habib Hasyim (Pekalongan). Beliau juga nyantri kepada KH Dimyati Tremas, Pacitan, Jawa Timur dan Syaikhona KHR. Cholil bin Abdul Latif atau biasa disebut Syekh Cholil Bangkalan (Madura). Setelah berguru kepada kedua ulama besar tersebut, KH Saelan kemudian mendirikan Pesantren di Desa Landungsari.
Pada mulanya KH Saelan mendirikan pesantren dengan membangun sebuah surau (mushala) kecil yang sederhana dengan atap daun rumbia dan lantainya masih berupa tanah. Di surau inilah KH Saelan mengajar santri-santrinya dengan sistem pengajian sorogan dan bandongan.
Mula-mula santri beliau berasal dari Desa Medono. Setelah jumlah santri yang belajar bertambah banyak, maka pada tahun 1928 dengan bantuan H Abdussalam (Grogolan) didirikan bilik atau kamar untuk menginap para santri.
Dengan adanya santri yang menginap, maka untuk metode pengajaran digunakan sistem tingkatan atau kelas. Sementara itu, pengajian sistem sorogan dan bandongan tetap dipertahankan. KH Saelan mempunyai istri Nyai Hj Khaulia binti Kiai Abdul Mukti (masih keturunan Mbah Nur Anom, Kranji-Pekalongan).