Dari istrinya tersebut, Kiai Saelan dikaruniai empat orang putra-putri, yaitu Hj. Khadhiroh, KH Hamid Yasin, Hj Bariroh, dan Hj Jauharoh. KH Saelan menikah lagi dengan Hj Masrurotun setelah Nyai Hj Khaulia wafat. Dari istrinya yang kedua, Kiai Saelan dikaruniai seorang putra bernama KH Hasan Rumuzi Yasin.
Pada tahun 1938 M KH Saelan wafat, untuk selanjutnya kepemimpinan pesantren digantikan oleh KH Nachrawi bin Chasan dan KH Hamid Yasin (putra KH Saelan). KH Nachrowi Chasan adalah santri dan sekaligus menantu dari KH Saelan. Selain belajar kepada KH Saelan, KH Nachrowi juga belajar pada KH Dimyati, Tremas, Pacitan. Beliau juga pernah belajar kepada KH Romli Tamim, Jombang. Sementara itu KH Hamid Yasin, selain belajar kepada ayahnya, juga belajar kepada Mbah Maksum Lasem dan di Kaliwungu, Kendal. Pada masa iti, salah seorang santri almarhum KH Saelan, yaitu Habib Muhammad memberi nama Pondok Pesantren dengan nama ‘Ribatul Muta’allimin’.
Selama kepemimpinan KH Nachrawi Chasan dan KH Hamid Yasin, Pesantren Ribatul Muta’aalimin mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jumlah santri yang mengaji bertambah banyak. Oleh karenanya sarana fisk juga baik berupa gedung/bangunan untuk kegiatan belajar-mengajar maupun bangunan bilik untuk menginap para santri semakin bertambah.
Baca Juga:Hadiri Haul Auliya' di Mushola Musolla Rohmatul Mubtadiin, Muhtarom Ajak TeladaniBertemu Pada Peringatan Maulid Nabi di Kanzus Sholawat, Muhtarom dan Taj Yasin Saling Mendoakan
Metode pengajaran dengan sistem kelas dan kurikulumnya juga semakin baik, dari tingkat Sifir, Ibtidaiyah Diniyah, Tsanawiyah Diniyah, dan Aliyah Diniyah. Sementara itu, pengajian sorogan dan bandongan yang dilaksanakan di mushala tetap dipertahankan sampai sekarang.
Pada tahun 1981 KH Hamid Yasin wafat, selanjutnya Pesantren Ribatul Muta’allimin tetap diasuh oleh KH Nachrowi Chasan dengan dibantu oleh KH Hasan Rumuzi (putra KH Saelan), KH Dja’far Nachrowi (putra KH Nachrowi Chasan) dan KH Abu Khalid (menantu KH Saelan).
Pesantren Ribatul Muta’allimin semakin maju. Salah satu kemajuan yang sangat dibanggakan adalah diadakannya pendidikan Madrasah Tsanawiyah dengan kurikulum Departemen Agama (setingkat SMP) dan Madrasah Aliyah kurikulum Departemen Agama (setingkat SMU).