Batang Raih Peringkat 3 Penanganan Stunting di Jawa Tengah, Metode Pentahelix Jadi Andalan

Pemkot Pekalongan Fokus Penurunan Stunting melalui Empat Kelompok Sasaran
DOK ISTIMEWA TERIMA PENGHARGAAN - Pj Sekda Batang, Ari Yudianto saat menerima penghargaan sebagai peringkat tiga terbaik Jawa Tengah dalam program penanganan stunting.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Kabupaten Batang berhasil mencapai posisi ketiga dalam upaya penurunan angka stunting di Provinsi Jawa Tengah tahun 2024, naik satu peringkat dari posisi keempat yang diraih pada 2023.

Pencapaian ini disambut dengan bangga oleh Penjabat (Pj) Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki. “Alhamdulillah, kita berhasil di posisi tiga, setelah Kota Semarang dan Kabupaten Pati,” ujar Lani Dwi Rejeki di Kantor Bupati Batang, Kamis (14/11/2024).

Penghargaan ini menunjukkan keberhasilan Kabupaten Batang dalam penerapan metode pentahelix, yang menggabungkan kontribusi dari berbagai elemen seperti TNI, Polri, dan Kantor Kementerian Agama untuk menekan angka stunting.

Baca Juga:Pemkot Pekalongan Fokus Penurunan Stunting melalui Empat Kelompok SasaranBPJS Ketenagakerjaan Sosialisasikan Aplikasi JMO di PT Daiwabo Garment, Permudah Akses Jaminan Sosial untuk Ka

Sistem penilaian yang ketat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, melalui tahap administrasi, presentasi, dan wawancara yang menunjukkan keseriusan Kabupaten Batang dalam menanggulangi masalah stunting.

Pj Sekretaris Daerah Batang, Ari Yudianto, menyoroti bahwa data Survei Kesehatan Indonesia (SKI), yang digunakan sebagai dasar penilaian angka stunting, hanya mencakup sampel kecil yaitu 918 balita.

“Data ini terlalu kecil, kurang representatif dari total balita di Batang,” jelasnya. Pemerintah daerah, menurut Ari, memiliki data yang lebih komprehensif melalui pengukuran langsung terhadap 53.390 balita dari total 53.402 balita di Batang.

Dari hasil ini, tercatat bahwa 7,79 persen atau sekitar 4.159 balita mengalami stunting—angka ini berada di bawah target nasional 14 persen.

Penanganan stunting di Batang turut didukung sektor swasta. Bhimasena Power Indonesia (BPI) secara aktif memberikan bantuan langsung ke keluarga dan desa-desa yang terdampak stunting, sementara Bank Jateng dan PT Nestle mendukung melalui program CSR, seperti pemberian makanan tambahan bagi balita yang mengalami stunting.

Sebagai apresiasi atas pencapaian ini, Batang menerima tambahan dana fiskal sebesar Rp5,5 miliar dari pemerintah pusat, yang akan dimanfaatkan dalam APBD Perubahan untuk memperkuat program-program penanganan stunting.

Ari Yudianto berharap agar Batang dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan, capaian ini pada tahun-tahun mendatang.

0 Komentar