RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Pemerintah Kabupaten Batang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) berencana membangun cungkup dan pagar untuk melindungi situs candi tertua di Jawa Tengah yang berada di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing. Proyek tersebut telah dialokasikan dalam APBD 2025 dengan anggaran awal sebesar Rp 260 juta.
Kabid Kebudayaan Disdikbud Batang, Camelia Dewi, menyebutkan bahwa perencanaan desain proyek (DED) sebenarnya membutuhkan dana sebesar Rp 350 juta, namun anggaran awal yang tersedia baru mencapai Rp 260 juta.
“Kami berharap nantinya ada tambahan anggaran dalam penetapan APBD berikutnya. Fokus kami saat ini adalah melindungi struktur candi dengan pembangunan cungkup seluas 11×8 meter dan area luar selebar 1,5 meter,” kata Camelia, Minggu (15/12/2024).
Baca Juga:Baru 50 Persen Guru PAUD Terima Bosda Personalia, Himpaudi Dorong Masuk DapodikKSPI Jateng Komitmen Kawal Penerapan Kenaikan UMK 2025 di KabupatenKota
Kondisi Situs Candi dan Ekskavasi BRIN
Pembangunan ini merupakan tindak lanjut dari ekskavasi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2024. Hasil penelitian mengungkap bahwa candi tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-7, tepatnya pada masa Kerajaan Holing atau Kalingga.
Ekskavasi mengungkap kondisi struktur candi yang sebagian besar telah rusak. “Hanya sekitar 33 persen bagian kaki candi yang tersisa, terbuat dari batu bata,” jelas Camelia.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Batang, Bambang Suryantoro Sudibyo, menyampaikan bahwa temuan ini menjadi penemuan penting dalam sejarah Jawa Tengah. “Tim BRIN bersama Universitas Islam Indonesia dan Ikatan Arkeologi Indonesia juga menemukan titik candi lain berjarak 200 meter dari lokasi utama. Ini menunjukkan kompleks candi memiliki luas yang signifikan,” ujar Bambang.
Dekat Situs Pertirtaan Balaikambang
Lokasi candi ini berdekatan dengan situs pertirtaan Balaikambang, yang menyimpan arca Durga dari tradisi Hindu dan arca Sri Vasudhara dari tradisi Buddha. Situs Balaikambang diperkirakan berasal dari abad ke-9 dan menjadi simbol perpaduan budaya Hindu-Buddha di kawasan tersebut.
Harapan untuk Pelestarian dan Wisata Edukasi
Camelia berharap pembangunan cungkup dan pagar ini dapat memperkuat upaya pelestarian sekaligus membuka potensi wisata sejarah. “Kami ingin situs ini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga mendukung edukasi dan perekonomian masyarakat sekitar,” ujarnya.