Museum Batik Pekalongan Hadirkan Transformasi Inklusif, Terbuka untuk Semua Kalangan

Museum Batik Pekalongan Hadirkan Transformasi Inklusif, Terbuka untuk Semua Kalangan
ISTIMEWA KUNJUNGAN - Sejumlah siswa sekolah saat melakukan kunjungan di Museum Batik Pekalongan.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, PEKALONGAN — Memasuki tahun 2025, Museum Batik Pekalongan mengusung visi baru yang berfokus pada inklusivitas, yaitu menjadikan museum ini sebagai ruang budaya yang terbuka untuk semua kalangan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Museum Batik Pekalongan, Nurhayati Sinaga, yang menyatakan bahwa perubahan ini bertujuan untuk menciptakan kenyamanan dan aksesibilitas bagi setiap pengunjung.

“Kami ingin Museum Batik menjadi tempat yang ramah bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas dan pengunjung dari berbagai latar belakang suku, bahasa, dan agama,” ujar Nurhayati saat ditemui di ruang kerjanya.

Dalam rangka mewujudkan visi inklusi ini, Museum Batik Pekalongan akan menyesuaikan agenda pameran temporer dengan kolaborasi bersama berbagai pihak, termasuk pembatik lokal dan komunitas-komunitas yang memiliki kesadaran terhadap keberagaman, salah satunya komunitas bahasa isyarat. Salah satu inovasi yang direncanakan adalah pemutaran video bahasa isyarat di setiap ruang pamer, sehingga informasi yang disajikan dapat diakses oleh lebih banyak orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan.

Baca Juga:14 Hari Pasca Banjir Bandang Pekalongan, Pembersihan Lumpur Belum TuntasPemeriksaan Kesehatan Gratis di Kota Pekalongan Dimulai Februari 2025, Warga Bisa Cek Kesehatan Saat Ulang Tah

“Kami juga akan meningkatkan fasilitas untuk memastikan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, sebagai bagian dari komitmen kami untuk menjadikan budaya batik lebih inklusif dan bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat,” tambah Nurhayati.

Dengan transformasi ini, Museum Batik Pekalongan berharap dapat menjadi ruang yang tidak hanya memamerkan keindahan batik, tetapi juga memperkaya pengalaman pengunjung melalui kolaborasi dengan berbagai komunitas. Hal ini bertujuan untuk memperkuat keberagaman dalam pelestarian budaya batik.

Salah satu pengunjung, Mafiyah, orang tua pelajar TK, juga menyambut baik upaya inklusivitas yang dilakukan oleh museum. Ia mengaku senang bisa mengajak anaknya mengunjungi Museum Batik Pekalongan untuk pertama kali.

“Mengenalkan warisan budaya sejak dini sangat penting. Anak-anak seperti mereka yang nantinya akan menjadi pelestari warisan budaya ini,” kata Mafiyah.

Dengan adanya langkah inklusif ini, Museum Batik Pekalongan berkomitmen menjadi ruang budaya yang lebih terbuka, ramah, dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat, serta mendorong pelestarian budaya batik yang semakin inklusif.

0 Komentar