RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Jumlah perajin batik khas Batang terus mengalami penurunan, memicu kekhawatiran terhadap kelangsungan warisan budaya ini. Jika tidak segera ditangani, batik khas Batang bisa kehilangan identitasnya dan tergerus oleh industri tekstil modern. Untuk mengatasi hal ini, berbagai pihak mendorong regenerasi pembatik dengan mengubah pola pikir bahwa batik bukan sekadar komoditas industri, tetapi juga sebuah karya seni.
Dorongan Kampung Seni Batik untuk Regenerasi
Direktur Institut Pluralisme Indonesia, William Kwan, menyebut regenerasi pembatik perlu dilakukan secara sistematis, salah satunya melalui kaderisasi di kalangan pelajar.
“Jumlah pembatik semakin berkurang. Jika tidak segera ditangani, batik khas Batang bisa punah. Kami ingin mengubah paradigma, dari batik sebagai industri menjadi batik sebagai seni. Karena itu, kami mendorong terbentuknya Kampung Seni Batik di Batang,” kata William, Rabu, 26 Februari 2025.
Baca Juga:DPRD Batang Kebut Penyelesaian Status Tanah 5 Puskesmas, Target Rampung Tahun IniTingkatkan Keselamatan Pasien, Sopir Ambulans di Kendal Dibekali Pelatihan Pertolongan Pertama
Melalui konsep ini, perajin batik tidak hanya bekerja sebagai buruh batik, tetapi juga sebagai seniman yang menciptakan desain dan pola khas Batang.
Dalam waktu dekat, Institut Pluralisme Indonesia akan berkolaborasi dengan salah satu SMK di Batang untuk mencetak generasi baru pembatik dengan kompetensi tinggi.
“Kami sudah menyiapkan 10 pelajar untuk dilatih membatik dengan metode modern tanpa meninggalkan unsur tradisional. Dengan kreativitas anak muda, kami yakin mereka bisa menghasilkan batik berkualitas yang bisa bersaing di pasar,” ujar William.
Dukungan Pemkab Batang untuk Pelestarian Batik
Pemerintah Kabupaten Batang menyatakan dukungan penuh terhadap upaya regenerasi pembatik ini. Wakil Bupati Batang, Suyono, mengungkapkan bahwa di tengah makin menyusutnya jumlah perajin, perlu langkah konkret untuk mendorong anak muda mencintai dan melestarikan batik khas daerah.
“Tanpa regenerasi, warisan budaya ini akan hilang. Oleh karena itu, kami mendukung penuh setiap inisiatif yang bisa menghidupkan kembali minat generasi muda terhadap batik,” kata Suyono.
Sebagai bentuk komitmen, Pemkab Batang telah menyiapkan dana sebesar Rp 100 juta untuk program pelestarian batik. Dana tersebut akan digunakan untuk pelatihan membatik, pengembangan desain baru, hingga pemasaran produk batik khas Batang.
“Kami juga telah menyiapkan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) untuk melatih generasi muda agar memiliki keterampilan membatik yang baik. Dengan demikian, mereka tidak hanya mewarisi budaya, tetapi juga mendapat peluang ekonomi dari batik,” jelasnya.