RADARPEKALONGAN.ID, KENDAL – Tradisi Syawalan yang digelar masyarakat Desa Laban, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, kembali menyedot ribuan pengunjung pada Senin (7/4/2025). Kegiatan ini merupakan bentuk pelestarian tradisi keagamaan sekaligus penghormatan terhadap para tokoh agama dan leluhur desa yang telah berjasa, melalui agenda haul Simbah Cowiguno, Simbah Sya’ban, dan para sesepuh Desa Laban ke-73.
Rangkaian kegiatan dipusatkan di Masjid Jami’ Al Huda Desa Laban, yang menjadi titik kumpul masyarakat untuk mengikuti berbagai acara religi, seperti simaan Alquran, sholawatan Burdah, tahlil bersama, serta pengajian umum oleh KH Akhmad Mustofa dari Sukorejo.
Kepala Desa Laban, Adibul Farah, menyampaikan bahwa tradisi Syawalan ini merupakan agenda rutin tahunan yang selalu dilaksanakan pada hari ketujuh setelah Idulfitri. Ia menekankan pentingnya menjaga warisan spiritual dan budaya ini agar tetap hidup di tengah masyarakat.
Baca Juga:Tumpukan Sampah Usai Penutupan TPA Degayu, DLH Pekalongan Lembur Siang MalamLibur Lebaran 2025, Ribuan Wisatawan Padati Pantai Indah Kemangi hingga Hari Terakhir
“Sebagai generasi penerus, sudah sepantasnya kita menghormati dan mendoakan para sesepuh serta tokoh yang telah berjasa melalui kegiatan haul. Respon dari masyarakat pun sangat positif,” ujar Farah.Menurut Farah, kegiatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk nyata dari “nguri-uri” atau melestarikan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.
“Tradisi ini sarat nilai keagamaan dan budaya, dan tentu akan terus kami pertahankan. Semoga dapat memberikan keberkahan dan kemanfaatan bagi warga,” lanjutnya.Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Kangkung, Akhmad Khaeron, turut memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Syawalan. Menurutnya, kegiatan ini menjadi momen penting untuk mengingatkan masyarakat akan jasa para pendahulu.
Dalam tausiyahnya, KH Akhmad Mustofa mengajak seluruh warga yang hadir untuk terus meneladani nilai-nilai keteladanan para leluhur, sekaligus tidak melupakan pentingnya doa untuk mereka.
“Haul merupakan bentuk penghormatan dan sarana mengirimkan doa terbaik untuk para pendahulu kita,” ujar Mustofa.Kegiatan Syawalan Desa Laban ini tak hanya menjadi sarana spiritual, tetapi juga wadah mempererat silaturahmi dan identitas religius masyarakat. Tradisi ini menunjukkan bahwa akar budaya dan nilai agama masih kuat hidup di tengah-tengah warga, menjadi pilar dalam membangun komunitas yang harmonis dan beradab.