Menurut Aaf, sapaan akrabnya, Kota Pekalongan kini mulai menapaki peran strategis dalam menciptakan lumbung pangan lokal. Ia juga mengapresiasi pelatihan dan bantuan sarana pertanian yang diberikan BI Tegal.
Plh Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah, Andi Reina Sari, menyatakan bahwa proyek ini merupakan bagian dari strategi nasional ketahanan pangan melalui pendekatan Good Agricultural Practices (GAP) dan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“Ini adalah proyek percontohan pertama untuk lahan dengan salinitas tinggi, dan kami harap bisa diadopsi daerah lain yang memiliki kondisi serupa,” ucap Andi.
Baca Juga:Polres Kendal Gencarkan Operasi Anti Premanisme Skala Besar, Sasar Titik Rawan dan Kawasan Industri Pemkot Pekalongan Gencarkan Pelatihan Kewirausahaan di 27 Kelurahan, Targetkan 1.320 Peserta Berdaya Saing
Selain menyediakan varietas benih tahan salin, BI juga aktif memberikan pelatihan dan penguatan kapasitas petani agar mampu menerapkan teknik pertanian yang sesuai dengan kondisi lahan eks rob.
Kepala BI Tegal, Bimala, menyatakan bahwa konsistensi hasil panen akan terus dipantau. Bila berhasil dalam tiga kali musim tanam, maka ke depan lahan ini bisa ditanami padi jenis lain.
“Kami juga bantu memperkuat kelompok tani dan menyediakan kebutuhan alat serta sarana produksi,” kata Bimala.
Ahmad Solikhin, perwakilan Kelompok Tani Klidungan Degayu, menyambut baik panen perdana ini. Ia menceritakan bagaimana selama puluhan tahun rob merusak lahan pertanian dan menyebabkan alat pertanian rusak karena air asin.
“Kami sudah putus asa. Tapi dengan adanya dukungan alat, pompa, benih, dan pendampingan, kami bisa kembali menanam dan panen,” ungkap Ahmad.
Dengan panen rata-rata mencapai 7 ton per hektare, kelompok tani merasa optimis lahan eks rob bisa menjadi lumbung pangan lokal ke depan. Ahmad juga mengapresiasi peran aktif Pemkot Pekalongan, Kodim 0710, dan BRMP Biogen.