SMA di Batang Sepakat Tiadakan Wisuda, Diganti Aksi Sosial dan Penguatan Karakter Siswa

SMA di Batang Sepakat Tiadakan Wisuda, Diganti Aksi Sosial dan Penguatan Karakter Siswa
NOVIA ROCHMAWATI KOMITMEN - Ketua MKKS SMA Kabupaten Batang, Sugeng saat menyampaikan komitmen untuk tak mengadakan prosesi wisuda saat kelulusan SMA di Kabupaten Batang.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Tradisi perpisahan megah di jenjang SMA kini mengalami perubahan signifikan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Melalui kesepakatan bersama, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA se-Kabupaten Batang memutuskan untuk tidak lagi menyelenggarakan wisuda atau purnawiyata dalam bentuk seremonial. Sebagai gantinya, kegiatan kelulusan tahun 2025 diarahkan untuk menguatkan karakter siswa melalui aksi sosial dan kegiatan sederhana yang bermakna.

Ketua MKKS SMA Kabupaten Batang, Sugeng, menyampaikan bahwa kebijakan ini merupakan hasil musyawarah bersama kepala sekolah dan sesuai dengan imbauan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah serta Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XIII.

“Sesuai arahan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dan Cabdin Wilayah XIII, tahun ini tidak ada acara wisuda atau purnawiyata. Jika pun ada kegiatan perpisahan, bentuknya sangat sederhana dan dikolaborasikan dengan kegiatan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5),” ujar Sugeng, Rabu (14/5/2025).

Baca Juga:TPA Bojonglarang Pekalongan Overload, Warga Diminta Aktif Pilah Sampah dari RumahDiduga Hendak Tawuran, Tujuh Remaja Diamankan Dini Hari di Batang, Polisi Lakukan Pembinaan Humanis

Sugeng yang juga Kepala SMAN 2 Batang menambahkan, sekolah yang ia pimpin telah lebih dulu menerapkan model perpisahan sederhana sejak pandemi COVID-19 pada 2019. Bentuknya berupa penyerahan simbolis Surat Keterangan Lulus (SKL) yang hanya dihadiri oleh perwakilan siswa dan orang tua.

“Animo siswa untuk merayakan kelulusan memang masih tinggi. Namun, kami berkomitmen agar perpisahan tidak hanya sekadar seremoni, melainkan mengandung makna dan nilai karakter. Efisiensi juga jadi pertimbangan,” jelasnya.

Sebagai implementasi nyata dari perubahan ini, MKKS mendorong sekolah-sekolah untuk mengajak para siswa yang lulus melakukan kegiatan sosial. Di antaranya, donasi seragam sekolah yang sudah tidak terpakai untuk adik kelas, pembagian buku pelajaran, serta kegiatan sosial lainnya.

“Ini bentuk gotong royong dan solidaritas. Kami ingin kelulusan tidak berhenti pada seremoni, tetapi menjadi titik awal kontribusi siswa terhadap sesama,” tambah Sugeng.

Beberapa sekolah bahkan mengembangkan program sosial lebih lanjut, seperti berbagi makanan kepada warga sekitar, kunjungan ke panti asuhan, hingga kegiatan bersih lingkungan. Diharapkan, kegiatan ini dapat menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial di kalangan siswa.

“Daripada menggelar wisuda dengan biaya mahal yang seremonial saja, lebih baik diarahkan ke hal-hal yang memberi dampak positif langsung. Ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka,” tegas Sugeng.

0 Komentar