RADARPEKALONGAN.ID, PEKALONGAN – Enceng gondok yang selama ini dikenal sebagai gulma perairan, kini dimanfaatkan oleh warga di Kelurahan Padukuhan Kraton, Kota Pekalongan, sebagai bahan baku pupuk kompos. Inisiatif ini hadir sebagai upaya mengatasi permasalahan lingkungan sekaligus mendukung kegiatan urban farming di wilayah tersebut.
Lurah Padukuhan Kraton, Widya Putry Nugroho, mengatakan bahwa pengolahan enceng gondok menjadi kompos tidak hanya membantu membersihkan lingkungan perairan dari gulma, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi kesuburan tanah.
“Kami di sini memanfaatkan eceng gondok menjadi kompos untuk kegiatan urban farming. Meskipun belum banyak yang dibuat, tapi kegiatan ini sangat bermanfaat untuk lingkungan,” ujar Putry, sapaan akrabnya, saat ditemui di kantornya.
Baca Juga:Harga Hewan Kurban Menjelang Idul Adha 2025 Naik Tajam, Sapi Berat 850 Kg Tembus Rp 40 JutaLahan Tidur Eks Rob Pekalongan Kembali Produktif, Panen Padi Biosalin Bukti Ketahanan Pangan Terwujud
Enceng gondok yang digunakan merupakan jenis pendek yang tidak bisa diolah menjadi kerajinan. Tanaman air ini kemudian dicacah dan dicampur dengan tanah atau sekam untuk dijadikan media tanam.
“Perbandingannya satu karung enceng gondok dengan satu karung tanah atau sekam. Tidak perlu tambahan bahan kimia. Dalam waktu dua minggu, media ini sudah bisa digunakan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Putry menyebutkan bahwa dari satu karung bahan, hasil akhirnya bisa menjadi dua karung kompos siap pakai.
“Alhamdulillah, dari kompos yang kami buat ini bisa mengakomodasi kebutuhan urban farming warga. Memang saat ini kami belum memproduksi dalam skala besar untuk dijual, tapi potensinya sangat besar,” imbuhnya.
Pemanfaatan enceng gondok sebagai pupuk organik ini menjadi solusi atas melimpahnya limbah tanaman air tersebut di perairan Pekalongan. Selain itu, enceng gondok diketahui mengandung unsur hara seperti nitrogen dan fosfor yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman.
Dengan metode pengolahan sederhana dan ramah lingkungan, inisiatif warga Padukuhan Kraton ini membuka peluang baru bagi pengembangan pupuk organik berbasis sumber daya lokal. Langkah tersebut juga menjadi bagian dari gerakan kota hijau dan mandiri pangan yang mulai banyak digencarkan di berbagai daerah.