“GATI mendorong keterlibatan ayah tidak hanya dalam aspek finansial, tetapi juga dalam pendidikan, perawatan, dan dukungan emosional anak. Hari ini, kita mengundang 50 peserta dari berbagai unsur, seperti OPD, kepala sekolah, komite sekolah, serta paguyuban orang tua dari SMP/MTs dan SMA/MA se-Kota Pekalongan,” terangnya.
Menurut Yos, output dari kegiatan ini adalah terbentuknya kesadaran kolektif dan pelaksanaan GATI di masing-masing satuan pendidikan. “Kami berharap gerakan ini tidak berhenti pada seremoni, tetapi berlanjut secara konkret di lingkungan sekolah dan keluarga,” tambahnya.
Ia juga menyoroti masih kuatnya pandangan masyarakat yang menganggap peran ayah sebatas pencari nafkah. “Pengasuhan emosional dan intelektual, bahkan pendampingan anak pada masa remaja, masih banyak didominasi oleh ibu. Akibatnya, banyak anak yang merasa kurang memiliki figur ayah pada fase penting pertumbuhannya. Inilah yang ingin kami ubah lewat GATI,” jelasnya.
Baca Juga:Meriah! 89 Tim dari TK hingga SMA Ikuti Lomba Senam Anak Indonesia Hebat di Pekalongan!Grup FB Komunitas LGBT di Batang Makin Marak, Warga Resah Desak Pemda Bergerak Cepat!
Melalui pendekatan yang partisipatif dalam keluarga, para ayah dan calon ayah didorong untuk lebih aktif terlibat dalam proses pengasuhan anak. “Keterlibatan ayah secara aktif dapat meningkatkan rasa percaya diri anak, memperkuat nilai-nilai etika, dan membentuk relasi emosional yang sehat. Ini adalah pondasi penting untuk mencetak generasi unggul yang mandiri, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan zaman,” paparnya.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, GATI diharapkan menjadi gerakan berkelanjutan yang mampu mengubah paradigma pengasuhan di Kota Pekalongan serta menekan angka fatherless secara signifikan. “Sehingga anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan stabil secara emosional,” pungkasnya.