RADARPEKALONGAN.ID, KENDAL- Ribuan pengunjung memadati kawasan Pantai Indah Kemangi (PIK) di Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung, Kendal, pada Jumat (27/6/2025) malam. Mereka antusias menyaksikan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang menjadi puncak rangkaian kegiatan merti desa. Daya tarik pagelaran ini semakin kuat dengan kolaborasi Dalang Catur Nugroho dari Boyolali dan sinden populer asal Sulawesi, Elisa Orcharus Allaso.
Sinden Elisa Orcharus Allaso yang namanya tengah melambung di jagat pewayangan, memang menjadi magnet tersendiri bagi penonton. Uniknya lagi, panggung pentas wayang ini sengaja ditempatkan tepat di bibir pantai, memungkinkan penonton menikmati pertunjukan sambil merasakan suasana pantai berpasir.
Meski sempat diguyur hujan, animo pengunjung tak surut. Mereka berasal dari Desa Jungsemi sendiri serta berbagai daerah lain, yang pada malam itu bisa masuk ke PIK secara gratis.
Baca Juga:4 Kampus Negeri di Pekalongan: Pilihan Kampus Berkualitas untuk Masa Depan Berkelas!Pemkot Pekalongan Siap Bangun Gedung Inspektorat Baru Rp 6,8 Miliar: Fasilitas Pengawasan Bakal Lebih Modern!
Kepala Desa Jungsemi, Dasuki, menjelaskan bahwa pentas wayang ini adalah puncak dari rangkaian merti desa. Sebelumnya, warga juga telah mengikuti prosesi doa bersama di Makam Kemangi, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai wujud syukur.
“Kami intinya melakukan sujud syukur atas nikmat dan karunia yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala kepada warga masyarakat Jungsemi,” kata Dasuki. Ia berharap kegiatan budaya merti desa ini terus lestari sebagai perwujudan rasa syukur sekaligus mempererat tali silaturahmi masyarakat Desa Jungsemi.
Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari, yang turut hadir dalam kegiatan doa bersama, menyampaikan apresiasi tinggi kepada pemerintah dan masyarakat Desa Jungsemi atas keberhasilan menggelar merti desa dengan semangat gotong royong.
“Apresiasi dalam kegiatan merti desa ini masyarakat nampak kompak rukun, juga ada penyembelihan kerbau yang dimasak dan dimakan bersama-sama di areal makam Kemangi saat ini,” ungkap Bupati.
Menurut Bupati, merti desa adalah upaya penting untuk “nguri-uri” atau melestarikan budaya keagamaan yang memperkuat identitas dan karakter lokal. Oleh karena itu, Bupati berharap tradisi ini dapat terus dipertahankan dan dilestarikan di masa mendatang.