RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Bentuk kekecewaan warga Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, memuncak. Pada Minggu pagi (29/6/2025), mereka memblokade jalan utama penghubung Plelen-Kedawung, yang juga merupakan akses vital menuju Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Blokade dilakukan dengan menanami pohon sengon dan rumput liar di tengah badan jalan, sebagai protes atas kerusakan yang tak kunjung diperbaiki.
Aksi spontan ini dipicu longsoran tanah akibat hujan deras sehari sebelumnya, yang menutup sebagian besar ruas jalan karena ketiadaan drainase memadai. Perwakilan pemuda Ketanggan, Fatchullah Akbar, menyebut kondisi jalan sangat membahayakan pengguna, terutama saat musim hujan.
“Jalan ini akses utama ekonomi warga dan pernah jadi jalur utama ke KITB sebelum KITB punya jalan sendiri. Tapi sampai hari ini, jalan tetap rusak parah, tanpa penerangan, tanpa rambu, dan tanpa drainase,” tegas Akbar di lokasi aksi.
Baca Juga:127 PPPK Pekalongan Resmi Dilantik Wali Kota Era Baru Pelayan Publik Profesional!Wanita 54 Tahun Gasak 3 Cincin di Karanganyar Modus Iming-iming Emas Arab, Kini Ditangkap!
Akbar juga menuding aktivitas penambangan tanah oleh PT Esa, yang beroperasi di lahan milik perusahaan daerah, turut memperparah kerusakan jalan. “Mereka (PT Esa) terkesan tak peduli sama sekali. Dampak lingkungan dibiarkan, jalan rusak, warga jatuh, dan tidak ada tanggapan apa pun. Kami sudah pernah protes tahun lalu, bahkan sempat ada kesepakatan. Tapi hasilnya nihil,” tambahnya.
Warga menuntut pemerintah segera turun tangan memperbaiki jalan, membangun drainase, dan memasang lampu penerangan jalan umum (PJU). Mereka bahkan meminta Presiden Prabowo Subianto memberikan perhatian khusus, mengingat Desa Ketanggan adalah wilayah penyangga proyek strategis nasional KEK Batang.
“Kalau memang ini proyek nasional, jangan cuma industrinya yang dibangun. Akses untuk rakyatnya juga harus diperhatikan,” pungkas Akbar.
Salah satu warga, Sulung Sanepto Warih, menyatakan kegeramannya terhadap perusahaan yang dinilai tidak bertanggung jawab. “Kalau tidak peduli sama lingkungan sekitar, untuk apa diberi izin usaha di sini? Kami yang tinggal di sini yang merasakan langsung dampaknya,” keluh Sulung.