RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Selama dua tahun ajaran terakhir, SDN Kranggan 02 Tersono menjadi satu-satunya sekolah di Kabupaten Batang yang tidak mendapatkan murid baru. Menyikapi kondisi ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Batang, berencana akan melakukan merger terhadap sekolah tersebut.
“Rencana merger ini mungkin baru bisa kami lakukan untuk tahun ajaran tahun depan. Karena perlu waktu dan juga untuk menata penempatan guru yang ada di sana. Nantinya akan kami merger dengan SDN Kranggan 01, setelah kami melakukan koordinasi dengan pemerintah desa,” ujar Plt Sekretaris Disdikbud Batang, Yulianto, beberapa waktu lalu.
Yulianto menambahkan, rencana merger memang sudah diwacanakan sejak tahun lalu, namun belum bisa terealisasi karena memerlukan kesepakatan berbagai pihak. Ia menjelaskan bahwa merger dimungkinkan karena desa tersebut memiliki lebih dari satu sekolah negeri. Situasi akan lebih sulit jika dalam satu desa hanya ada satu sekolah negeri.
Baca Juga:Warga Pesaren Kendal Demo Tolak Klaim Tanah PT Sukarli di PN: Lahan Warisan Nenek Moyang Digugat! Bangunan Sejarah di Pekalongan: Warisan Arsitektur yang Menyimpan Kisah Perjuangan
Menurut Yulianto, sejauh ini hanya SDN Kranggan 02 Tersono yang tidak memiliki siswa baru. Meskipun demikian, ada beberapa sekolah lain yang memiliki jumlah siswa kurang dari satu rombongan belajar (kurang dari 28 siswa).
Di sisi lain, banyak sekolah justru mengalami overload pendaftar, karena jumlah anak usia masuk SD melebihi daya tampung sekolah. “Kami sudah berikan pengecualian untuk SD tertentu dengan kasus seperti itu. Kami lebihkan hingga 34-40 siswa per rombel. Hanya saja memang kami kecualikan asal memenuhi syarat,” jelasnya.
Syarat untuk pengecualian tersebut meliputi: sekolah tersebut merupakan satu-satunya SD negeri di desa, serta sarana dan prasarana (sarpras) serta tenaga pengajar yang memadai untuk menambah siswa.
“Kebanyakan untuk yang overload ini di daerah yang banyak perumahan baru. Mereka rata-rata masyarakat luar Batang yang baru pindah ke Batang. Sehingga ada beberapa lonjakan pendaftar, karena banyak masyarakat pindahan dari luar kota. Tetapi karena sarpras pendukung tidak memadai, maka ada beberapa yang ditolak. Kami berharap para orang tua murid paham, dan bisa mendapatkan opsi sekolah lain,” pungkas Yulianto.