RADARPEKALONGAN.CO.ID – Sejarah Stasiun Pekalongan dimulai lebih dari satu abad yang lalu, saat Belanda masih menguasai Hindia Timur. Artikel ini akan membawa kalian menelusuri perjalanan stasiun ini dari titik awal pembangunan, perannya dalam masa kolonial dan kemerdekaan, hingga transformasinya menjadi stasiun modern yang kita kenal hari ini.
Stasiun kereta api adalah lebih dari sekadar tempat naik dan turun penumpang. Ia merupakan saksi bisu perubahan zaman, arus peradaban, dan denyut ekonomi sebuah kota. Di Kota Batik Pekalongan, Stasiun Pekalongan tak hanya berperan sebagai simpul transportasi penting, tapi juga menjadi bagian dari sejarah panjang perkembangan wilayah pesisir utara Jawa Tengah.
Awal Pembangunan: Dari Kolonial ke Infrastruktur Strategis
Stasiun Pekalongan dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda bernama Stoomtram Maatschappij (SCS). Pembangunan ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api Semarang – Surabaya, yang dimulai pada akhir abad ke-19. Jalur ini sangat penting untuk mempercepat mobilitas hasil bumi dari pedalaman Jawa ke pelabuhan-pelabuhan besar di pesisir.
Baca Juga:Bupati Fadia Santuni 300 Anak Yatim Piatu di Pekalongan, Kolaborasi Pemkab & Baznas! Rutan Pekalongan Gandeng BNN-Polres: Puluhan Pegawai & WBP Dites Urine, Hasilnya Negatif Narkoba!
Stasiun Pekalongan sendiri resmi dibuka pada 15 Agustus 1891, bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api rute Semarang–Pekalongan–Cirebon.
Fungsi Awal Stasiun:
- Mengangkut hasil bumi seperti gula, kopi, dan batik
- Menjadi titik strategis pengangkutan pasukan dan logistik pemerintahan kolonial
- Menghubungkan Pekalongan dengan pusat perdagangan di Jawa
Pekalongan pada waktu itu merupakan kota pelabuhan dan produsen batik penting. Kehadiran stasiun kereta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal secara signifikan.
Arsitektur dan Lokasi Strategis
Stasiun Pekalongan terletak di Jalan Slamet, Bendan, Kec. Pekalongan Barat, Kota Peaklongan, tepat di tengah kota dan hanya beberapa menit dari Alun-Alun serta Pelabuhan Pekalongan. Arsitekturnya mencerminkan gaya Indische kolonial: sederhana, fungsional, dengan langit-langit tinggi dan ventilasi besar.
Keunikan Bangunan:
- Bangunan utama masih mempertahankan elemen asli dari era Belanda
- Memiliki kanopi khas stasiun kolonial
- Di sekitarnya tumbuh lingkungan perdagangan dan perumahan warga sejak zaman dulu
Lokasinya yang strategis membuat stasiun ini terus hidup, menjadi nadi transportasi dan penghubung utama Pekalongan dengan kota-kota besar lainnya seperti Semarang, Tegal, Cirebon, hingga Jakarta.