PEKALONGAN.ID,KOTAPEKALONGAN – Semangat generasi muda Kota Pekalongan untuk mengubah ide kreatif menjadi peluang usaha nyata terus digelorakan. Institut Widya Pratama (IWIMA) Kota Pekalongan menunjukkan komitmennya dalam mencetak calon pengusaha muda melalui gelaran IWIMA Expo 2025 bertajuk “From Campus to Start Up”, yang berlangsung pada Kamis (10/7/2025) di halaman kampus IWIMA, Jalan Patriot, Kelurahan Padukuhan Kraton.
IWIMA Expo 2025 menjadi ajang implementasi ilmu technopreneurship yang telah dipelajari mahasiswa di bangku kuliah. Puluhan kelompok mahasiswa turut ambil bagian dengan memamerkan karya inovatif serta produk kreatif yang memiliki potensi kuat untuk dikembangkan menjadi usaha riil.
Fungsional Pengembang Kewirausahaan Ahli Muda dari Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM (Dindagkop-UKM) Kota Pekalongan, Tipuk Prasetyowati, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan expo ini.
Baca Juga:Bunda Literasi Kota Pekalongan Gencarkan Roadshow ke Sekolah, Dorong Budaya Gemar Membaca Sejak DiniSekretaris Dindagkop UMKM Pekalongan: UMKM Harus Naik Kelas Lewat Literasi Keuangan dan Pemanfaatan AI
“Expo ini sangat positif dan perlu terus dilanjutkan. Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkan secara langsung bagaimana membangun dan mengembangkan usaha,” ujar Tipuk. Ia juga mendorong mahasiswa agar mengurus legalitas usaha, memperluas jaringan pemasaran, dan memperhatikan informasi produk demi meningkatkan daya saing.
Tipuk menekankan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan dunia usaha untuk mencetak wirausaha muda yang tangguh dan mampu membuka lapangan kerja baru.
Sementara itu, Dosen Technopreneurship IWIMA, Much. Rifqi Maulana, menjelaskan bahwa expo kali ini diikuti oleh 48 stand yang diisi oleh kelompok mahasiswa semester empat, masing-masing terdiri dari 4 hingga 7 orang. Setiap kelompok mengembangkan ide usaha secara mandiri dengan bimbingan dosen sebagai bagian dari capaian pembelajaran akademik.
“Komposisi produk yang ditampilkan sangat beragam, 60% merupakan produk makanan dan minuman, 13% fashion, 4% aksesoris, dan 25% merupakan ide start-up baik digital maupun non-digital,” terang Rifqi.
Ia menyatakan bahwa expo ini bukan sekadar ajang pameran, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran nyata bagi mahasiswa. Mereka belajar merancang bisnis, memproduksi barang, melakukan promosi, hingga membangun komunikasi efektif dengan calon konsumen.
Meskipun tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa masih di bawah 10%, Rifqi mengungkapkan bahwa pihak kampus terus mendorong dan menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan wirausaha.