Orang tua kadang-kadang menganggap anak-anaknya masih kecil, masih perlu dilindungi, masih perlu diikuti ke mana pun mereka pergi.
Padahal mereka sudah memiliki bekal yang cukup untuk menyelesaikan persoalan hidup sesuai dengan tingkat usianya. Semakin orang tua mencengkeram erat-erat anaknya, maka anak semakin tidak memahami apa yang terjadi di dunia sekitarnya.
Sebaliknya, jangan pula anak dilepaskan tanpa diberikan bekal nasihat dari orang tua. Mereka akan pergi ke mana pun mereka suka tanpa kontrol.
Baca Juga:Kota Pekalongan Tembus 11 Besar IGA, Hari Ini Team BSKDN Melakukan Validasi LapanganAl Ummah Tingkatkan Ketrampilan Manajerial untuk Pimpinan
Untuk usia masuk SMA, pakailah konsep tarik ulur. Beri nasihat sebagai bekal dari orang tua, apa saja yang perlu dan tidak perlu dilakukan, berikan kepercayaan untuk melakukan eksperimen, setelah itu evaluasi eksperimen yang sudah dilakukan.
Kalau semakin hari semakin bertanggung jawab maka berikan kepercayaan yang lebih besar lagi untuk melakukan eksperimen yang berbeda.
Kalau gagal bagaimana? Kalau salah bagaimana? Kalau orang tua tidak tega bagaimana?
Kalau gagal, lakukan evaluasi mengapa sampai gagal. Apa akar persoalan sampai gagal. Mengapa sampai salah, faktor apa yang mengakibatkan salah? Gagal dan salah adalah proses yang perlu dilalui. Yang penting tidak gagal dan tidak salah di tempat yang sama.
Dengan kata lain tidak melakukan kesalahan 2 kali di peristiwa yang sama.
Kalau orang tua tidak tega bagaimana? Contohnya, di WA grup orang tua melihat video kelompok anak laki-laki dalam acara penjelajahan. Di satu titik mereka harus nyemplung ke lumpur sawah dan tiarap dari ujung sawah yang satu sampai ujung sawah yang lainnya.
Kotor deh badan anak-anak. Keringetan pasti, gatal sudah jelas. Apa tidak kasihan?
Muncul pertanyaan di grup.
Baca Juga:Nur Asiyah Pelita yang Tak Pernah PadamAnak Didik TKIT Ulul Albab 2 Mengadakan Outing Class
“Apakah anak perempuan juga melakukan hal yang sama seperti anak laki-laki? Tiarap di sawah masuk ke dalam lumpur?”
Tak ada jawaban, tak ada video, tak ada foto yang ditampilkan atas pertanyaan itu. Baru ketika tanya anak saya apakah anak perempuan juga melakukan tiarap di lumpur, dia menjawab, “Sama saja.”
“Aduh gatal, keringetan, kotor semua baju dan sepatu. Untungnya ada sungai dan nyemplung ke sana. Jadi bersih dan segar lagi. Tapi sepulang penjelajahan tetap mandi lagi,” tuturnya sambil meringis.