Tiarap di lumpur sawah itu bisa dimaknai bermacam-macam. Bisa kasihan, bisa bilang kok kakak kelasnya tega ya, bisa juga dengan mengatakan, anggap saja main-main di lumpur. Toh orang-orang di kampung sangat biasa main di lumpur.
Saya sendiri menganut prinsip bahwa anak-anak sedang bermain di lumpur. Dulu waktu saya kecil, sering sekali cari keong, cari kepiting, cari belut di sawah. Dan itu badan kotor semua. Tapi nggak apa-apa tuh. Bisa dibersihkan lagi badan yang kotor. Kenapa sekarang anak nyemplung ke lumpur jadi heboh?
Biarkan saja, supaya mereka mengetahui bahwa dunia ini tidak semuanya nyaman. Ada situasi yang nyaman, ada situasi yang mengkhawatirkan, ada situasi yang mencemaskan, ada situasi deg-degan, ada situasi yang perlu diikhlaskan dll.
Baca Juga:Kota Pekalongan Tembus 11 Besar IGA, Hari Ini Team BSKDN Melakukan Validasi LapanganAl Ummah Tingkatkan Ketrampilan Manajerial untuk Pimpinan
Dari sana anak akan belajar banyak tentang arti hidup. Anak akan belajar dengan berbagai perspektif yang beragam. Dan pada akhirnya anak akan tangguh dengan berbagai kondisi yang berubah-ubah dan yang berbeda-beda.
Terimakasih kakak-kakak di IPM, HW, PMI. Terimakasih bapa ibu guru. Yang terutama dan utama terimakasih juga untuk Ibu Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan, Ibu Amilah, S.Pi. Matur nuwun ibu sudah mengawali mendidik anak-anak kami dengan tulus dan penuh perhatian.
Semoga anak-anak bisa mencapai cita-cita yang tinggi di masa depan, menyusul kakak-kakak kelasnya seperti Dr Arif Satria, Rektor IPB University dan Dr. M Adityawarman, MBA, Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan. Untuk menjadi seperti Pak Arif Satria dan Pak Adit, anak-anak harus tangguh dan dididik oleh orang tua dan guru-guru yang tangguh. (*)
*) Penulis adalah orang tua siswa di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan.