RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Kesenian tradisional Babalu kembali memukau publik melalui pementasan istimewa di Batang Teras Pandawa. Panggung kali ini bukan sekadar pertunjukan biasa, melainkan bagian dari proses penting untuk membawa Babalu terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di tingkat nasional.
Babalu bukan sekadar kesenian rakyat. Ia merupakan akumulasi dari semangat perlawanan, strategi perjuangan, serta kreativitas masyarakat Batang yang hidup sejak tahun 1930-an. Di masa penjajahan Belanda, Babalu digunakan oleh para pejuang lokal sebagai media penyamaran dalam menyusun siasat melawan musuh. Di balik iringan musik, gerak tari, dan alur lakon teater yang tersaji di panggung, tersembunyi narasi perlawanan yang strategis dan penuh keberanian.
Ahmad Zaenuri, tokoh muda yang menjadi sutradara sekaligus penulis lakon, menuturkan bahwa setiap elemen dalam pertunjukan kali ini disiapkan matang, tidak hanya demi estetika, tetapi untuk memenuhi indikator penilaian dari tim Disdikbud Provinsi Jawa Tengah yang hadir. Penilaian ini menjadi salah satu langkah administratif sebelum Babalu diusulkan resmi ke Kementerian Kebudayaan RI.
Baca Juga:Genjot Wajib Belajar 13 Tahun, Pemkot Pekalongan & Kemendikdasmen Perluas Akses Pendidikan Anak Dini!Alumni SMAN 1 Batang, Yoyok Riyo Sudibyo, Janjikan Pelatihan Militer Gratis ke 50 Siswa!
“Setelah pementasan, kami mendapat beberapa pertanyaan dari tim penilai, seperti soal sejarah, kesinambungan regenerasi pemain, hingga upaya pelestarian. Ini bagian dari proses verifikasi bahwa Babalu memang tumbuh dari akar budaya masyarakat Batang,” kata Zaenuri.
Keaslian Babalu pun tak diragukan lagi. Sugito Hadisastro, anggota tim penggali sejarah Babalu, mengungkapkan bahwa data dan kisah diperoleh melalui penelusuran lisan dari pelaku sejarah seperti Ibu Sumiyati dan Bapak Suprayitno. Keduanya menjadi saksi hidup atas eksistensi Babalu sebagai kesenian strategis yang tumbuh di tengah perjuangan rakyat Batang saat Agresi Militer I dan II.
Dalam proses menuju pengakuan resmi sebagai WBTB, berbagai pihak turut ambil bagian. Dewan Kesenian Daerah Batang rutin mengenalkan Babalu ke masyarakat, terutama generasi muda, melalui pertunjukan keliling dan berbagai festival.
Tak hanya itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang bahkan telah memasukkan Babalu sebagai muatan lokal di tingkat SD, dan menjadi materi pengayaan di perguruan tinggi seperti Universitas Negeri Semarang (Unnes).