Menang Boleh, Tumbuh Harus

Moch Machrus Abdullah Ketua PCNU Kota Pekalongan
Dr. H. Moch. Machrus Abdullah, Lc., M.Si, Ketua PCNU Kota Pekalongan
0 Komentar

“Kami tidak sedang mencari juara. Kami sedang merawat harapan.”

Oleh: Dr. H. Moch. Machrus Abdullah, Lc., M.Si – Ketua PCNU Kota Pekalongan

Lapangan adalah tempat paling jujur. Di sana tak bisa disembunyikan siapa yang sungguh-sungguh, siapa yang sekadar hadir. Anak-anak Ma’arif yang mengikuti PORSEMA bukan hanya datang untuk menang. Mereka datang untuk tumbuh.

Baca Juga:KH Hasan Su'aidi dan H Machrus Abdullah Terpilih sebagai Rais dan Ketua PCNU Kota Pekalongan 2025–2030Wakil Wali Kota Pekalongan Buka PORSEMA 2025: Ajang Prestasi dan Pembinaan Karakter Siswa Ma'arif NU

Kita tahu, tidak semua pelajaran ditulis di papan tulis. Ada pelajaran yang datang dari keringat. Dari suara peluit. Dari kekalahan yang mengecewakan, dan kemenangan yang tak boleh membuat jumawa.

PORSEMA adalah ruang belajar itu. Ia mengajarkan kesabaran, kerja sama, semangat, dan sportivitas. Bukan hanya soal lari tercepat atau skor tertinggi, tapi siapa yang bertahan paling gigih. Siapa yang bangkit paling dulu ketika jatuh.

KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, pernah memberi pembelaan ketika sebagian pihak meremehkan kegiatan fisik para santri muda yang tergabung dalam Banser. Mereka dianggap terlalu militeristik, terlalu keras. Tapi Kiai Hasyim menjawab dengan tenang dan tegas:

“Banser itu riyadhah badaniyah.”

Latihan jasmani. Latihan menguatkan tubuh agar jiwa lebih tangguh. Sebuah pengakuan bahwa menjaga bangsa dan agama tidak cukup dengan lisan dan doa, tetapi juga kesiapan fisik dan kedisiplinan.

Kita pun kerap mengutip ungkapan Arab klasik:

العقل السليم في الجسم السليم

Akal yang sehat berada dalam tubuh yang sehat.

Ungkapan ini bukan sekadar slogan kesehatan. Dalam tradisi Islam, tubuh bukan musuh ruhani. Ia adalah sarana ibadah, alat perjuangan, dan ladang pengabdian. Tubuh yang dilatih dengan benar akan membentuk jiwa yang sabar, kokoh, dan bersih dari sifat malas.

Dalam PORSEMA, kita menyaksikan pelajar-pelajar NU ditempa. Mereka belajar menjadi kuat tanpa kasar, berani tanpa congkak, dan sportif tanpa merasa paling benar. Kita tidak sedang memburu piala. Kita sedang membentuk generasi yang siap mengabdi—untuk agama, bangsa, dan tradisi besar Nahdlatul Ulama.

Menang itu boleh. Tapi tumbuh, itu kewajiban.

Selamat berlomba, anak-anakku, dengan sportif dan ukhuwwah nahdiyyah! (*)

0 Komentar