Kontroversi Dana Film Animasi Merah Putih: "One For All"! Benarkah Capai 6,7 M? Ini Faktanya!

Film Animasi \"Merah Putih: One For All\"
Film Animasi \"Merah Putih: One For All\" / sumber: youtub CGV Kreasi
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.CO.ID – Film Animasi “Merah Putih: One For All” memang berhasil menjadi bahan perbincangan publik, namun bukan semata-mata karena kisah heroiknya. Justru, film ini banyak menuai kritik dari warganet yang menilai kualitas animasinya kurang maksimal dan tidak layak diputar di layar bioskop.

Meski mengusung tema persahabatan, perjuangan, dan nasionalisme, visual yang dianggap kaku dan kurang detail membuat banyak penonton merasa kecewa.

Selain kritik visual, film ini juga terseret isu kontroversi dana yang membuatnya semakin ramai diperbincangkan.

Baca Juga:PMB Luncurkan Film Dokumenter “Batang Warisan Kebesaran Nusantara”, Angkat Sejarah Lokal dan Bangun IdentitasSPOILER ALERT! Inilah 6 Fakta Menarik Film A Haunting in Venice, Prekuel Ketiga Novel Terbaik Berjudul Hallowe’en Party Karya Agatha Cristie

Sinopsis Singkat Merah Putih One For All

Film ini mengisahkan sekelompok remaja yang berjuang mencari bendera pusaka Merah Putih yang hilang secara misterius tiga hari sebelum upacara. Secara konsep cerita, sebenarnya ada beberapa poin yang menarik:

  • Pesan moral tentang persatuan dan cinta tanah air.
  • Cerita yang mudah dipahami semua kalangan.
  • Pemanfaatan aset digital terjangkau dari platform seperti Daz3D untuk menghemat biaya dan mempercepat produksi.

Sayangnya, pemilihan teknik produksi ini yang kemudian menjadi bumerang. Banyak penonton merasa kualitas animasi tidak sepadan dengan standar layar lebar, mulai dari gerakan karakter yang kaku hingga detail visual yang kurang rapi.

Kontroversi Dana Produksi yang Memicu Perdebatan

Selain kritik kualitas, film ini juga dikejutkan dengan isu dana produksi yang disebut mencapai Rp 6,7 miliar. Sutradara sekaligus produser Endiarto membantah klaim ini dan memberikan klarifikasi bahwa:

  • Produksi dilakukan dengan dana pribadi dan gotong royong.
  • Tidak ada bantuan dana resmi dari pemerintah maupun sponsor swasta.
  • Proses produksi berlangsung sangat singkat, kurang dari satu bulan.

Namun, bagi sebagian warganet, klarifikasi tersebut tetap tidak meredam kekecewaan mereka terhadap hasil akhir animasi yang tayang di bioskop.

Reaksi Warganet dan Dampaknya bagi Industri Animasi

Respon penonton di media sosial cukup keras. Beberapa komentar menilai bahwa:Standar animasi Indonesia harus ditingkatkan jika ingin bersaing di kancah internasional.

Penayangan di bioskop seharusnya disertai kualitas visual yang lebih matang.Ide cerita sebenarnya kuat, tetapi eksekusi teknis masih jauh dari harapan.

0 Komentar