Banyak Kritik dari Warganet! Film Animasi "Merah Putih One for All" Gagal Tayang di Bioskop?

Film Animasi \"Merah Putih: One for All\" Gagal Tayang di bioskop
Film Animasi \"Merah Putih: One for All\" Gagal Tayang di bioskop / sumber: CINEMA 21 google.com
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.CO.ID – Film Animasi “Merah Putih One for All” gagal tayang di bioskop atau terancam batal rilis menjadi sorotan publik setelah menuai kritik tajam dari berbagai pihak.

Mulai dari kualitas visual yang dinilai di bawah standar, proses produksi yang terkesan terburu-buru, hingga dugaan penggunaan aset murah menjadi pemicu kontroversi.

Banyak warganet dan pelaku industri film yang mempertanyakan kelayakan karya ini untuk ditampilkan di layar lebar, terlebih dengan anggaran yang kabarnya mencapai miliaran rupiah.

Baca Juga:Wow! Ini Perbedaan Biaya Produksi Film Merah Putih: One for All vs Demon Slayer: Infinity Castle!Begini Awal Mula Adanya Royalti di Tempat Usaha dan Cafe! Ternyata Sudah Ada Undang-Undangnya Sejak 2014?

Kualitas Visual Animasi yang Dikritik

Kritik terbesar terhadap Film Animasi “Merah Putih One for All” datang dari sisi visual yang dinilai jauh dari ekspektasi penonton film layar lebar.

  • Animasi dinilai kasar dan kurang detail pada karakter maupun latar belakang.
  • Beberapa adegan terkesan menggunakan aset grafis murah yang kemungkinan dibeli secara online, bukan dibuat secara orisinal oleh tim produksi.
  • Perbandingan tak terhindarkan muncul dengan film animasi lokal lain, seperti Jumbo, yang dinilai lebih rapi dan konsisten dari segi visual.

Banyak komentar di media sosial menyebut bahwa kualitas grafis yang ditampilkan lebih menyerupai proyek tugas akhir mahasiswa, bukan film komersial berbiaya miliaran.

Proses Produksi yang Terburu-buru

Selain masalah visual, proses produksi yang disebut berlangsung sangat singkat juga menjadi sorotan besar.

  • Ada kabar bahwa produksi dilakukan kurang dari satu bulan, waktu yang sangat tidak lazim untuk pembuatan film animasi berdurasi panjang.
  • Jadwal tayang yang dipilih pun dinilai terlalu cepat, tanpa mempertimbangkan kesiapan teknis.
  • Sutradara Hanung Bramantyo bahkan terbuka mempertanyakan alasan film ini mendapatkan slot tayang secepat itu di bioskop.
  • Dugaan pun muncul bahwa film ini dipaksakan rilis meski belum siap secara kualitas demi mengejar momen tertentu.

Banyak pelaku industri film menilai bahwa terburu-buru dalam tahap produksi akan berdampak buruk pada hasil akhir, dan kasus ini menjadi contoh nyatanya.

Kontroversi Anggaran Produksi

Aspek lain yang menimbulkan tanda tanya publik adalah besarnya anggaran yang digunakan.

  • Film ini dikabarkan menelan biaya Rp 6,7 miliar, angka yang cukup besar untuk produksi animasi lokal.
  • Biasanya, anggaran sebesar itu mampu menghasilkan kualitas visual yang lebih baik dan detail.
  • Perbedaan mencolok antara besarnya dana dan kualitas yang terlihat memicu dugaan adanya ketidakefisienan penggunaan anggaran.
  • Pihak produser membantah adanya dana dari pemerintah dan menegaskan seluruh biaya berasal dari sumber internal.
0 Komentar