Begitu pula dengan masalah kejujuran. Anak-anak dididik untuk menjadi lebih pintar, namun tidak diajari untuk menjadi lebih jujur.
Mereka berlomba meraih nilai tertinggi, tapi tidak diajari bahwa kejujuran adalah nilai terpenting. Ini menciptakan generasi yang cerdas secara akademis, namun rapuh secara moral.
Kecenderungan untuk mudah marah dan merasa paling benar juga berakar dari cara kita mendidik. Anak-anak sering dimarahi, dikritik, dan jarang didengarkan.
Mereka tumbuh dengan mencontoh perilaku “ngotot” orang tua dan guru.
Baca Juga:SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan Pekalongan Silaturahim dengan Orang TuaIPM SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan Adakan Kemah Bakti, Bentuk Kader Mandiri dan Unggul
Lingkungan yang seharusnya menjadi tempat untuk memahami dan berempati justru menjadi tempat untuk memvalidasi kemarahan dan ego.
Mewujudkan Kemerdekaan Sejati
Jika kita benar-benar ingin mengubah potret bangsa ini, kita harus mulai dari akarnya.
Kemerdekaan sejati bukanlah soal mengusir penjajah, melainkan soal membebaskan diri kita dari mentalitas yang merusak.
Ini adalah tentang menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus.
Kita harus mulai mendidik anak-anak kita untuk menjadi lebih sabar, lebih peduli, lebih jujur, dan lebih sederhana.
Ajarkan mereka untuk bangga dengan kejujuran, bukan kekayaan.
Dengarkan keluhan mereka, berikan pengertian, dan ajari mereka untuk mengenali kelebihan dan kekuatan dirinya, bukan hanya kekurangannya.
Sebagai penutup, mari kita renungkan kembali tujuan pendidikan yang sejati, seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara.
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan.”
Baca Juga:Ini Dia Rahasia Menyayangi dan Mendidik Anak agar Bisa TangguhKota Pekalongan Tembus 11 Besar IGA, Hari Ini Team BSKDN Melakukan Validasi Lapangan
Jika kita berhasil mendidik anak-anak dengan cara ini, maka potret Indonesia di masa depan akan jauh lebih baik.
Kita tidak hanya akan menjadi bangsa yang maju, tetapi juga bangsa yang beradab, yang benar-benar merdeka dari penjajahan ego dan mentalitas yang merusak.
Selamat Hari Kemerdekaan ke-80, Indonesia. Mari kita lanjutkan perjuangan, bukan lagi dengan bambu runcing, melainkan dengan hati yang ikhlas dan budi yang luhur. (*)
*) Penulis adalah Psikolog dan Pengamat Sosial, Wakil Ketua HIMPSI Eks Karesidenan Pekalongan, Ketua PHRD Pekalongan Raya.