Penelitian Uchino (2009) dalam Journal of Behavioral Medicine juga menegaskan bahwa dukungan sosial tidak hanya menyehatkan mental, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan fisik karena mengurangi respons stres biologis dalam tubuh.
Jalan ke Depan: Membangun Budaya Dukungan
Indonesia sebagai bangsa dengan nilai kekeluargaan dan gotong royong yang kuat sebenarnya memiliki modal sosial besar untuk menciptakan jaringan dukungan emosional.
Sayangnya, modernisasi, urbanisasi, dan individualisme membuat banyak orang terputus dari lingkaran sosial yang sehat.
Baca Juga:Renungan Kemerdekaan ke-80: Mengapa Indonesia Belum Selesai?SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan Pekalongan Silaturahim dengan Orang Tua
Hal inilah yang memperbesar kemungkinan “sekam” dalam diri individu mudah tersulut oleh isu-isu sosial.
Oleh karena itu, pembangunan bangsa seharusnya tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga pada kesehatan mental kolektif.
Mendorong terbentuknya komunitas dukungan, memperkuat peran konseling, serta memperluas akses layanan psikologi adalah langkah penting agar masyarakat memiliki ruang aman untuk katarsis yang sehat.
Harapan dan Modal Sosial Indonesia
Namun demikian, kita tidak boleh terjebak dalam narasi pesimis.
Studi terbaru dari Universitas Harvard melaporkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara dengan masyarakat yang paling sejahtera atau flourishing.
Artinya, meskipun terdapat tantangan sosial, bangsa ini memiliki kekuatan batin, nilai kebersamaan, dan ketahanan psikologis yang tinggi.
Ini adalah modal besar bagi Indonesia untuk terus melangkah maju—membangun masyarakat yang bukan hanya tangguh menghadapi krisis, tetapi juga mampu berkembang secara positif di tengah dinamika perubahan.
Penutup
Demonstrasi, protes, atau suara keras rakyat pada hakikatnya adalah cermin dari kebutuhan katarsis manusia yang mencari jalan keluar dari tekanan hidup.
Baca Juga:IPM SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan Adakan Kemah Bakti, Bentuk Kader Mandiri dan Unggul Ini Dia Rahasia Menyayangi dan Mendidik Anak agar Bisa Tangguh
Namun, jika setiap individu memiliki social support system yang memadai, sekam emosi tidak mudah terbakar menjadi api kemarahan.
Di sinilah tanggung jawab kita bersama – negara, masyarakat, dan keluarga – untuk membangun jaring pengaman psikologis yang memungkinkan setiap orang menyalurkan problematika hidupnya dengan cara yang lebih sehat dan konstruktif. (*)
*) Penulis adalah Psikolog dan Pengamat Sosial, Wakil Ketua HIMPSI Eks Karesidenan Pekalongan, Ketua PHRD Pekalongan Raya, Pengurus DPK Apindo Kota Pekalongan.