RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Sorot lampu panggung menyapu wajah anak-anak yang berbaris rapi. Dengan balutan Batik Rifa’iyah, mereka menari, menyanyi, hingga mendongeng penuh ekspresi. Malam itu, Festival Ekonomi Kreatif (Ekraf) Batang 2025 dibuka dengan suguhan berbeda: drama musikal yang memadukan tradisi, kreativitas, dan energi generasi muda.
Adalah Wulan Vellea, desainer Batang yang memiliki nama asli Sri Wulandari, yang meramu pertunjukan bertajuk Sri Wulandari dan Harmoni Karya Ekraf. Karya itu bukan sekadar fashion show, melainkan cerita tentang harmoni antara Batik Rifa’iyah dan produk-produk kreatif lokal.
“Saya ingin menunjukkan bahwa Batik Rifa’iyah bisa dikenakan siapa saja, bahkan anak-anak. Karena itu, saya sengaja melibatkan 35 anak dari komunitas Anak Kreatif Batang dalam pertunjukan ini,” ujar Wulan.
Baca Juga:Kantor Terbakar, DPRD Pekalongan Siap Kerja Fleksibel, Tolak Gunakan Hotel untuk Rapat!Siswa SMK Gondang Diimbau Tak Ikut Aksi Anarkis, Kapolsek Beri Pesan Tegas!
Di atas panggung, anak-anak menampilkan beragam talenta: menari, bernyanyi, membaca puisi, hingga mendongeng. Bagi Wulan, kehadiran mereka menjadi bukti bahwa Batang memiliki generasi kreatif yang siap mewarisi budaya lokal.
“Mereka bukan hanya tampil cantik di atas panggung, tetapi juga membuktikan diri sebagai generasi yang kreatif, ekspresif, dan multitalenta,” tambahnya.
Dukungan penuh datang dari berbagai pihak. Ketua Dekranasda Batang, Faelasufa Faiz Kurniawan, bahkan turut melibatkan dua putranya, Kak Andra dan Dik Arsyad, dalam drama musikal tersebut.
“Anak-anak perlu ruang untuk berekspresi. Saya senang bisa mendukung kegiatan ini, sekaligus memperkenalkan Batik Rifa’iyah sejak dini,” kata Faelasufa.
Wulan juga menyampaikan apresiasi kepada Ketua Komite Ekonomi Kreatif Batang, Achmad Suroso, yang telah memberi ruang kolaborasi. “Terima kasih atas dukungan semua pihak, sehingga karya ini bisa menjadi panggung bersama bagi pelaku Ekraf Batang,” ucapnya.
Pertunjukan itu ditutup dengan tepuk tangan panjang. Namun lebih dari sekadar hiburan, drama musikal ini meninggalkan pesan: Batik Rifa’iyah bukan hanya kain, melainkan identitas budaya Batang yang terus hidup dan diwariskan lintas generasi.(nov)